Orang bijak bilang , "hidup ini seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah". Itulah dinamika kehidupan, selalu ada dua hal yang selalu silih berganti, ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada sedih ada gembira, ada kesulitan ada kemudahan, dan ada kalanya seseorang berada puncak kesuksesan ada kalanya jatuh di titik nadir.
Rasanya tidak ada orang bisa berhasil tanpa melalui kegagalan. Seperti Einstein katakan, semakin sering kita mencoba maka semakin sering mengalami kegagalan, sedikit mencoba maka jarang mengalami kegagalan, tidak pernah mencoba maka tidak pernah gagal, tetapi apa yang diperoleh?. Tidak mendapatkan apa-apa. Oleh karena itu, kesulitan, rintangan, kegagalan atau kejatuhan adalah sebuah keniscayaan yang semua orang akan mengalami. Keberhasilan atau kesuksesan seseorang bukan pada seberapa besar hasil yang dicapai, bukan pada seberapa banyak hasil yang diraih, tetapi seberapa banyak masalah atau kesulitan atau rintangan atau cobaan yang telah berhasil diatasi. Dan, keberhasilan adalah bukan hasil akhir, melainkan sebuah proses, artinya keberhasilan adalah sesuatu yang berproses berkembangan dan terus berjalan. Oleh karena itu, Steven Covey mengatakan, keberhasilan seseorang tergantung dari keberhasilan dan aktivitas sehari-hari. Jika dari hari ke hari seseorang telah melaksanakan tugas dengan baik, terus menerus dan langgeng sudah barang tentu dia berhasil dalam hidupnya.
George S.Patton mengatkan, "aku tidak melihat seberapa tinggi kamu berhasil memanjat, tetapi yang aku lihat adalah seberapa tinggi kamu mampu memantul ketika terjatuh". Apa yang dikatakan Patton adalah untuk menunjukkan bahwa setiap orang pasti akan mengalami kejatuhan, dan semua harus bersiap untuk jatuh, kemudian segera bangkit dan melupakannya dan mencari inovasi baru untuk kembali memanjat. Orang dikatakan berhasil jika seseorang tersebut mampu memanjat lebih tinggi lagi setelah kejatuhannya. Seperti pegas atau per, semakin ditekan maka akan memberikan pantulan yang semakin tinggi. dan, semakin ditarik maka akan memberikan gaya dorongan yang lebih keras.
Oleh karena itu perlu kita belajar dari pegas atau per, yang mampu memantul dan mulur atau molor. Pegas memiliki sifat elastis.
Dalam fisika, benda elastis mempunyai pengertian benda yang mampu berubah bentuk dan ukurannya ketika mendapatkan gaya, dan mampu kembali ke ukuran dan bentuk semula ketika gaya tersebut dihilangkan. Karet pentil jika ditarik akan molor semakin panjnag, tetapi jika gaya dihilangkan karet pentil akan kembali ke ukuran semula. Ketika kita duduk di sofa yang empuk, sofa tersebut akan mampat dan ketika badan kita angkat maka sofa akan kembali ke bentuk semula. Itulah benda-benda elastis. Pegas atau per demikian halnya, mampu memnjang jika ditarik dan mampu memendek jika ditekan, dan akan kembali ke bentuk semula jika gaya tarikan atau tekanan dihilangkan.
Dalam keadaan normal pegas berada pada ukuran sebenarnya atau keseimbangan. Jika pegas ditarik atau ditekan menyimpang dari keadaan seimbang, maka pegas menyimpan energi potensial. dan energi potensial ini akan dilepaskan untuk mendorong pegas mencapai keadaan semual. Semakin besar pegas menyimpang dari titik seimbang, maka energi potensialnya semakin besar yang berarti menyimpan potensi energi untuk bergerak lebih cepat. Seseorang semestinya mamiliki energi potensial ketika sedang terjatuh, dan hal itu menjadi potensi tersendiri untuk kembali bangkit dan memantul setingi-tingginya. Sehingga tidak ada alasan bagi seseorang untuk jatuh dan langsung hancur, dan menjadi tidak berguna. Hal itu sama halnya dengan benda keramik atau gerabah atau kaca, yang tidak memiliki sifat elastis sedikitpun. Indah di luar tetapi mudah hancur dan tidak mampu menyimpan potensi energi yang sewaktu-waktu dibutuhkan. Oleh karena itu mari belajar dari pegas atau per yang bersifat elastis, tahan banting, dan mampu bangkit dari berbagai macam tekanan