Hukum ketiga Newton menyatakan bahwa gaya aksi sama dengan reaksi. Gaya-gaya disebut sebagai pasangan aksi dan reaksi, ketika kedua gaya itu berlawanan arah dan berasal dari titik yang berbeda. Di sekolah menengah sering dicontohkan benda yang diletakkan di atas permukan lantai mendatar, maka berat benda secara otomatis akan menekan - memberikan gaya - pada lantai, sehingga ada gaya dari benda ke arah lantai. Maka sebagai reaksi, dari lantai akan ada gaya normal yang mengarah ke benda. Menurut Newton besarnya gaya aksi selalu sama dengan gaya reaksi, dan gaya reaksi muncul setelah ada aksi, dan besarnya selalu sama.
Tidak terasa, kita setiap hari, secara sengaja atau tidak sengaja selalu beraksi dan tentu aksi yang kita lakukan mengarah pada pihak tertentu yang direspon oleh pihak lain sebagai bentuk reaksi. Sesuai dengan hukum ketiga Newton, jika aksi kita kecil, samar-samar, tidak telalu mencolok, maka reaksi yang muncul juga tidak tampak secara jelas. Lain halnya jika kita beraksi dengan keras dan terang-terangan atau frontal, maka tentu reaksi yang muncul juga akan keras.
Tetapi kita adalah manusia yang memiliki kekuatan atau potensi non fisik seperti otak, pikiran, perasaan, nafsu, hati, atau ruh, atau apalah istilahnya, segala potensi non fisik yang akan mengendalikan segala tingkah laku manusia. Sehingga tidak semestinya manusia melulu seperti benda (mati) yang hanya bereaksi ketika ada aksi, yang hanya bertindak ketika ada perintah atau komando. Dengan potensi pikiran dan perasaan manusia harus lebih proaktif terhadap segala sesuatu, bukan menjadi reaktif. Tanpa sebabpun seharusnya manusia bertindak dan berlaku menurut pikiran dan perasaan, bisa membedakan mana yang baik dan tidak dan mana yang perlu dan tidak perlu.
Menurut Steven Coevy, dalam bukunya Seven Habit Highly efektif, salah satu habit atau kebiasan pertama yang harus ada pada seseorang agar menjadi manusia yang efektif adalah proaktif. Proaktif adalah bertindak sesuai prosedur, bertindak sesuai aturan, bertindak sesuai undang-undang, bertindak sesuai kitab suci pegangan hidup. Jika aturan sebagai pegawai kita harus datang jam tujuh, maka kita datang jam tujuh. Tidak perlu menunggu dipanggil atasan, tidak perlu terpengaruh teman2 yang suka terlambat. Sehingga muncul pikiran, "yang lain datang terlambat tidak apa-apa", yang seperti itu tidak perlu dihiraukan, jadilah pribadi yang efektif, jadilah proaktif. Tidak perlu menunggu atasan marah, tidak perlu diperingatkan, baru melakukan. Sayangnya terlalu banyak orang reaktif di sekeliling kita, sehingga segala sesuatu menjadi lambat dan sangat tidak efektif.