Minggu, 26 Juni 2016

Gaya Inti


Menurut teori fisika di dalam inti atom ada gaya yang mengikat partikel-partikel penyusun inti yang disebut gaya inti. Gaya ini bersifat sangat unik dan berbeda dengan gaya-gaya yang lain. Gaya inti merupakan gaya yang paling besar diantara gaya-gaya yang lain. Karakter yang unik dari gaya inti adalah gaya ini tidak tergantung secara linier ataupun eksponensial terhadap jark. Jika partikel penyusun inti adalah bermuatan listrik, logikanya (seperti teori coulomb) gaya inti akan berbanding kuadrat terhadap jarak, tetapi tidak demikian dengan gaya inti.

Memang besarnya gaya bergantung jarak tetapi sulit dijelaskan secara konsisten. Gaya inti akan semakin besar jika jaraknya mengecil, tetapi semakin kecil jarak hingga sangat dekat, gaya menjadi melemah dan akan berbalik menjadi saling tolak menolak. Partikel akan saling tertolak dengan gaya sangat besar pada jarak yang sangat dekat, semakin jauh gaya tolak mengecil dan semakin kecil hingga pada jarak tertentu berubah menjadi gaya tarik, begitu seterusnya.
Pernahkan anda mengalami hal demikian dalam hidup dengan orang tertentu?
Ketika berdekatan cenderung "congkrah" atau bertengkar, selalu tidak sepakat dan berbeda pendapat. Setiap hari bertemu tidak menjadi hangat dekat dan akrab, tetapi semakin 'hangat' kebablasan menjadi panas dan akhirnya salah paham. Akibatnya menjauh. Ketika berjauhanpun tidak menjadikan dirinya tenang, yang terjadi malah 'kelimpungan' ingin bertemu, kangen. Semakin lama, semakin jauh keinginan atau gaya untuk saling mendekat semakin besar.
Persis karakter gaya yang ada pada inti atom.
Jika anda mengalami yang demikian tidak perlu gusar, itulah inti. Inti atom, yang mungkin juga inti dari kehidupan, inti dari sebuah cinta. Tidak pernah ada inti atom hancur karena gaya inti yang bekerja pada dirinya sendiri, sebaliknya meskipun gayanya fluktuatif tetap saja menyatu dalam inti. Demikian halnya dengan di kehidupan kita, jika mengalami pasang surut seperti di atas berarti hubungan anda adalah hubungan yang sejati, hubungan yang semestinya, cinta sejati (begitu ata Ainun - Habibie)
Selamat berpuasa

Jumat, 26 Februari 2016

Hukum Kekekalan Energi

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi di alam ini tetap atau konstan, tidak berkurang ataupun bertambah. Yang terjadi hanyalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Bunyi berubah menjadi panas, atau listrik berubah menjadi bunyi kemudian menjadi panas, atau panas menjadi mekanik kemudian menjadi listrik dan panas, dan lain lainnya.

Kita sering salah dalam memandang dan menilai sebuah peristiwa. Lebih tepatnya manusia memiliki keterbatasan dalam melihat sebuah peristiwa. Dalam kehidupan ini ada sebuah nilai obyektif yang sifatnya mutlak tidak bertambah ataupun berkurang. Mirip dengan energi hanya dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Sedangkan manusia hanya berupaya mengambil keuntungan atau mengambil manfaat pada satu sisi atau satu bentuk saja. Kita sejak kecil terbiasa dengan pola pendidikan yang memberikan penilaian pada satu sisi - itu cocok untuk anak kecil - seiring perkembangan psikologis hal itu tidak ada upaya menyesuaikan. 

Sewaktu saya kecil, desa atau wilayah yang lebih utara dari tempat tinggal saya dianggap lebih buruk, lebih terbelakang, lebih tertinggal, karena semakin jauh dari pusat kota. Sebaliknya yang berada di tempat lebih dekat ke arah kota dianggapnya lebih baik, lebih maju, dan lebih bernilaiatau lebih bergengsi. Pandang sebuah tempat yang terletak antara Bandung dan Jakarta. Jika suatu tempat tersebut semakin jauh dari Bandung, bukankah tempat itu semakin dekat dengan Jakarta. Sebaliknya jika tempat itu semakin jauh dari Jakarta akan semakin dekat ke Bandung?. Secara geografis bumi itu bulat jika bergerak ke utara terus menerus munculnya akan ke selatan, demikian pula sebaliknya. Itulah pola pikir anak kecil, belum mampu memandang luas dan jauh.

Namun demikian, tidak sedikit orang yang masih terbawa pola pikir anak kecil yang melihat atau menilai sesuatu hanya dari satu sudut pandang yang sempit. Pola pikir yang hanya menilai dari apa yang nampak - secara lahiriah saja - pola pikir yang tanpa melihat latar belakang dan 'gandeng rentengnya' keadaan atau peristiwa. Orang yang berpenampilan rapi bersih harum, menggunakan mobil mewah nan mengkilap, dianggapnya lebih pantas di hormati, Orang yang terkenal, wajahnya rupawan, bicaranya meyakinkan dianggap lebih mulia, lebih berderajat, dan lebih bahagia hidupnya. Setiap kelebihan pada satu sisi akan mengakibatkan kekurangan pada sisi yang lain. Ada istilah, "ada harga yang harus dibayar pada setiap kesuksesan". Sehingga janganlah memandang sebuah kesuksesan hanya bentuk suksesnya saja. Janganlah memandang seorang juara dengan hanya melihat kehebetannya, hanya meng-irikan pada kekayaannya dan ketermashurannya, tetapi pandangnlah usahanya sejak lama, lihatlah sulitnya mengelola kekayaan yang ternyata tidak sederhana, lihatlah rumitnya hidup sebagai bintang (aris) terkenal,serta bagaimana me-manaj diri agar bisa hidup normal - layaknya manusia normal. Banyak contoh di negeri ini, bagaimana orang yang tidak mampu mengelola diri dengan baik karena ketermashurannya hingga akhirnya terpuruk.

Jadi, intinya jika hidup berjalan secara baik, maka tidak akan ada yang hilang dan tidak akan ada yang bertambah. Kelebihan pada satu sisi akan mengurangi pada sisi yang lain, sebaliknya jangan risau jika kehilangan atau kekurangan pada salah satu sisi, karena akan dilebihkan pada segi yang lain. Seperti hukum kekekalan energi di dalam pelajaran fisika, tidak ada energi yang hilang, hanya berubah bentuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Demikian halnya dengan keadaan seseorang, jika pada satu sisi terdapat kelebihan, maka sisi yang lain pasti ada kekurangan. Tugas sulit dan berat dalam hidup ini adalah mencari keseimbangan di antara dinamika kehidupan. Tidak ada energi yang satu lebih penting dari energi yang lain, tetapi keberadaan energi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan.