Kamis, 20 April 2017

SEMANGAT BER-KARTINI

Bulan april, bulan Kartini, bulannya para pejuang perempuan Indonesia. Kartini sebagi symbol perjuangan wanita di era yang menganggap perempuan sebagai pelengkap kehidupan kaum pria. Hingga saat ini kegigihan Kartini dalam berjuang meng-akualisasikan keberadaan kaum perempuan tetap menginspirasi para wanita jaman sekarang.


Kartini disimbolkan sebagai wanita pejuang yang berbudaya. Oleh karena itu sekedar mengingatkan apa yang telah diperjuangkan Raden Ajeng Kartini, para wanita (ibu2, para remaja, anak2) mengenakan busana tradisional jawa – kebaya. Bahkan sekarang meluas secara nasional dengan busana tradisional daerah masing-masing.


Termasuk hari ini (21 April 2017), mengikuti instruksi dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Sidoarjo, para guru dan seluruh karyawati di lingkungan sekolah mengenakan busana tradisional – kebaya. Peristiwa ini adalah pertama kalinya di SMANOR. Sebuah pemandangan yang membuat semua orang dan siswa “wouw” (excited), melihat ibu-ibu guru tampil berbeda menjadi semakin beriwibawa dan cantik-cantik.

Tentu saja hal itu menarik minat para siswa untuk mengajak foto bersama – dasar anak/orang sekarang sukanya selfie – dengan berbagai pose dan gaya. Para ibu-ibu yang sudah berdandan rapi tentu saja dengan senang hati mengiyakan ajakan anak-anak yang manja itu.  Maka pagi itu yang semestinya kegiatan pembelajaran untuk sesaat dikorbankan untuk memperingati hari Kartini – caranya Cuma foto-fotoan.


Namun sayang, dari sekian guru dan karyawati yang ada di SMANOR hanya ada empat ibu-ibu yang tampil berbusana Kartini. Antara lain : Bu Kutsiyah, Bu Niniek, Bu Utami, dan Bu Nia. Namun demikian hal itu tidak mengurangi kegembiraan dan kehebohan anak-anak dalam berfoto-ria dengan para Kartini Smanor
.


Kartini tetaplah Kartini, meskipun saat ini exixtensi wanita sudah bukan lagi pelengkap laki2 – seperti masanya Kartini – tetapi peringatan itu tetap actual untuk diadakan. Meskipun anak2 perempuan sekarang, meskipun siswa2 perempuan SMANOR kontribusinya sudah setara dengan kaum pria, peringatan hari Kartini (Kartini-an) tetap menarik untuk dilaksanakan. Setidaknya peringatan itu sebagai ungkapan terima kasih pada sang Raden Ajeng yang telah membuka cakrawala perempuan Indonesia sehingga saat ini semua wanita Indonesia telah menjadi pejuang perempuan di dunianya masing-masing


Harapannya perjuangan Kartini terus berlanjut bukan sekedar memperjuangkan hak perempuan, tetapi memperjuangkan martabat manusia seluruhnya dalam bingkai kemasyarakatan yang beradab, berbudaya dengan menjujung akhlakul karimah.


Demikian juga peringatan Kartinian ini tidak terbatas pada guru dan karyawati tetapi juga pada siswa dan semua elemen yang ada di smanor.

(patoyo.media.kom)