Bulan
april, bulan Kartini, bulannya para pejuang perempuan Indonesia. Kartini sebagi
symbol perjuangan wanita di era yang menganggap perempuan sebagai pelengkap
kehidupan kaum pria. Hingga saat ini kegigihan Kartini dalam berjuang meng-akualisasikan
keberadaan kaum perempuan tetap menginspirasi para wanita jaman sekarang.
Kartini
disimbolkan sebagai wanita pejuang yang berbudaya. Oleh karena itu sekedar
mengingatkan apa yang telah diperjuangkan Raden Ajeng Kartini, para wanita
(ibu2, para remaja, anak2) mengenakan busana tradisional jawa – kebaya. Bahkan
sekarang meluas secara nasional dengan busana tradisional daerah masing-masing.
Termasuk
hari ini (21 April 2017), mengikuti instruksi dari Kepala Cabang Dinas
Pendidikan Sidoarjo, para guru dan seluruh karyawati di lingkungan sekolah
mengenakan busana tradisional – kebaya. Peristiwa ini adalah pertama kalinya di
SMANOR. Sebuah pemandangan yang membuat semua orang dan siswa “wouw” (excited),
melihat ibu-ibu guru tampil berbeda menjadi semakin beriwibawa dan
cantik-cantik.
Tentu
saja hal itu menarik minat para siswa untuk mengajak foto bersama – dasar anak/orang
sekarang sukanya selfie – dengan berbagai pose dan gaya. Para ibu-ibu yang
sudah berdandan rapi tentu saja dengan senang hati mengiyakan ajakan anak-anak
yang manja itu. Maka pagi itu yang
semestinya kegiatan pembelajaran untuk sesaat dikorbankan untuk memperingati
hari Kartini – caranya Cuma foto-fotoan.
Namun sayang, dari sekian guru dan karyawati yang ada di SMANOR hanya ada empat ibu-ibu yang tampil berbusana Kartini. Antara lain : Bu Kutsiyah, Bu Niniek, Bu Utami, dan Bu Nia. Namun demikian hal itu tidak mengurangi kegembiraan dan kehebohan anak-anak dalam berfoto-ria dengan para Kartini Smanor
.
Kartini
tetaplah Kartini, meskipun saat ini exixtensi wanita sudah bukan lagi pelengkap
laki2 – seperti masanya Kartini – tetapi peringatan itu tetap actual untuk
diadakan. Meskipun anak2 perempuan sekarang, meskipun siswa2 perempuan SMANOR
kontribusinya sudah setara dengan kaum pria, peringatan hari Kartini
(Kartini-an) tetap menarik untuk dilaksanakan. Setidaknya peringatan itu
sebagai ungkapan terima kasih pada sang Raden Ajeng yang telah membuka
cakrawala perempuan Indonesia sehingga saat ini semua wanita Indonesia telah
menjadi pejuang perempuan di dunianya masing-masing
Harapannya
perjuangan Kartini terus berlanjut bukan sekedar memperjuangkan hak perempuan,
tetapi memperjuangkan martabat manusia seluruhnya dalam bingkai kemasyarakatan
yang beradab, berbudaya dengan menjujung akhlakul karimah.
Demikian
juga peringatan Kartinian ini tidak terbatas pada guru dan karyawati tetapi
juga pada siswa dan semua elemen yang ada di smanor.
(patoyo.media.kom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar