Visi SMANOR adalah mencetak atlet profesional yang berkarakter jujur, tangguh, dan peduli lingkungan, dan kreatif. Hal ini harus disepakati terlebih dahulu, sehingga arah dan tujuan kita membangun karakter siswa bisa seragam.
Berdasarkan konsep Ki Hajar Dewantara, mengembangkan dan melatih seseorang didasarkan atas empat hal yaitu : olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga. Pada masing-masing komponen bisa dirinci menjadi banyak nilai yang bisa diambil. Namun, tidak semua serta merta bisa diterapkan di SMANOR, hanya nilai-nilai tertentu yang dianggap relevan dengan pembentukan karakter atlet yang perlu ditekankan. Misalnya, nilai karakter olah pikir adalah kreatif, nilai karakter olah hati adalah jujur dan amanah, nilai karakter olah rasa adalah peduli dan suka menolong, dan nilai karakter olah raga adalah disiplin dan tangguh. Untuk yang terakhir, seharusnya tidak perlu dibahas, karena aktivitas sehari-hari siswa SMANOR adalah olahraga sehingga semestinya para pelatih sudah harus mengembangkan sendiri nilai-nilai dalam berlatih.
Yang kedua, framework dalam mencapai tujuan SMANOR adalah Sekolahan. Hal ini juga harus disepakati, agar setiap aktivitas perencanaan dan pengembangan terorientasi pada keberlangsungan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran ditambah kepelatihan, dalam koridor sekolah berasrama.
Berdasarkan aktivitas utama sehari-hari siswa SMANOR adalah : sekolah, latihan, dan istirahat. Maka yang harus dibenahi dan diharapkan berperan dalam membangun karakter siswa adalah sekolahan dalam hal ini guru, kepelatihan dalam hal ini pelatih, dan keasramaan dalam hal ini pengelola asrama. Ketiga unsure tersebut harus saling bahu membahu, dan berkoordinasi, agar pembentukan karakter siswa bisa berjalan dengan baik.
Berikut ini adalah rumusan pokok-pokok pikiran yang harus dilaksanakan masing-masing komponen dalam pelaksanaan ketertiban siswa dalam menunjang pembentukan karakter siswa SMANOR.
A. Guru
Peran : Merupakan pelaksana utama pendidikan karakter siswa
Merupakan sumber utama pengetahuan tentang nilai karakter
Merupakan figure contoh / tauladan
Tugas :
Membuat perencanaan program pendidikan karakter, baik yang eksplicit naupun yang implicit di dalam RPP.
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang maksud dari pendidikan karakter.
Menginformasikan kepada siswa tentang pengertian unsur-unsur nilai karakter yang dikembangkan di SMANOR.
Menginformasikan kepada siswa perilaku-perilaku yang harus dikedepankan dan yang harus dikesampingkan.
Memberikan contoh tindakan-tindakan yang menunjukkan nilai karakter SMANOR.
Menampilkan diri sebagai figure yang berkarakter SMANOR (kreatif, jujur dan amanh, peduli dan suka menolong, serta tangguh dan disiplin).
Memberikan reward (hadiah) bagi yang menjalankan dan memberikan punishment (hukuman) bagi yang melanggar.
Membuat catatan tentang progress / perkembangan dan kendala, pelaksanaan pendidikan karakter.
Membuat evaluasi tentang pendidikan karakter.
B. Pelatih
Peran : Pelaksana pendidikan karakter khususnya yang berkaitan dengan olah raga
Merupakan figure contoh dan tauladan
Tugas :
Menekankan pentingnya nilai disiplin dan tangguh di dalam latihan maupun di luar latihan.
Memberikan reward (hadiah) bagi yang menjalankan dan memberikan punishment (hukuman) bagi yang melanggar dalam latihan.
Membuat catatan tentang pelanggaran yang dilakukan siswa dan menyampaikan kepada wakasek kesiswaan.
Membuat evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di dalam latihan
C. Pamong Asrama / Graha
Peran : Penjaga karakter siswa
Pengawas karakter siswa
Tugas :
Mendukung terlaksanannya pendidikan karakter.
Melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama di asrama.
Meluruskan perilaku siswa yang tidak sesuai dengan nilai karakter SMANOR, jika diperlukan.
Memberikan penjelasan / nasehat seperlunya kepada siswa di asrama, jika diperlukan.
Menegur siswa yang melanggar etika, jika diperlukan
Menampilkan diri sebagai figure yang berkarakter SMANOR (kreatif, jujur dan amanah, peduli dan suka menolong, serta tangguh dan disiplin).
Membuat catatan tentang pelanggaran yang dilakukan siswa dan menyampaikan kepada wakasek kesiswaan.
Mendisiplinkan dan Menertibkan Siswa
Pendidikan karakter di SMANOR dilaksanakan dengan prinsip ketauladanan dan pembiasaan. Ketauladanan melalui guru, pelatih, karyawan, dan pamong asrama. Sedangkan pembiasaan dilaksanakan dengan membiasakan siswa melakukan tindakan tertentu, bila perlu harus dipaksa agar menjadi terbiasa.
Perihal yang harus dibiasakan adalah melaksanakan tata tertib. Oleh karena itu pelaksanaan tata tertib menjadi prioritas utama dalam membentuk karakter siswa. Adapun tata tertib yang harus dilaksanakan terdiri dari : tata tertib sekolah di bawah pengawasan guru, tata tertib asrama di bawah pengawasan pamong asrama, tata tertib latihan di bawah pengawasan pelatih. Setiap pelanggaran tata tertib adalah pelanggaran sekolah yang penanganannya dilakukan oleh wakasek kesiswaan.
Ada banyak poin-poin tata tertib yang harus dilaksanakan, dan yang harus dilarang. Tetapi, tahap awal sebaiknya pelaksanaan kedisiplinan dan ketertiban difokuskan pada beberapa poin utama yang selama ini frekuensi pelanggarannya paling besar, diantaranya : bolos sekolah, terlambat sekolah, ber-HP di sekolah, keluar area sekolah. Selain itu ada beberapa poin tata tertib yang perlu dibina dan dibiasakan ke siswa, diantaranya : berseragam lengkap dan baik, beribadah dengan tertib, makan bersama, tidur di kamar sesuai dengan tempatnya, tidak kembali ke asrama selama jam sekolah. Sedangkan berikut ini pelanggaran yang tergolong tidak diampuni, yaitu : memiliki video porno, memiliki narkoba, memiliki senjata tajam, merokok di lingkungan sekolah, berpacaran (vulgar, tidak senonoh).
Agar pelaksanaan program tersebut bisa berjalan, tentu tidak terlepas dari implikasi, diantaranya : petugas (guru, pelatih , pamong asrama) harus lebih dahulu tertib dan mempersipakan diri, dibutuhkan beberapa perangkat atau format untuk mencatat kejadian. Disamping itu, karena penegakan disiplin dan ketertiban ini bukan untuk sesaat, seminggu atau sebulan ke depan, maka petugas (guru, pelatih dan pamong asrama) harus benar-benar ekstra bekerja keras, stabil dan konsisten. Program ini perlu ditunjang pula dengan sarana seperti : bel sekolah, bel asrama atau kantin, tulisan berupa slogan pembangkit semangat. Tetapi, hal ini mungkin belum bisa diwujudkan karena menunggu selesainya pembangunan gedung.
Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan masing-masing komponen untuk mendisiplinkan dan menertibkan, diantaranya :
Pamong Asrama
o Memegang catatan daftar induk nama siswa yang memuat identitas siswa, cabang olahraga, kelas, nomor kamar.
o Setiap saat mengawasi aktivitas siswa dan menandai bila terdapat sesuatu yang khusus.
o Membimbing/memberitahu siswa untuk melakukan sesuatu dengan tertib.
o Memastikan siswa berlaku tertib sesuai ketentuan asrama.
o Membuat catatan dan melaporkan kepada wakasek kesiswaan, bila terjadi pelanggaran di kelas
o Memberikan surat rekomendasi/ijin siswa tidak masuk sekolah kepada guru / wali kelas
o Memberikan surat rekomendasi siswa berobat ke poliklinik kepada Kasubag TU, wakasek kurikulum, dan satpol PP.
o Memberikan surat rekomendasi/ijin siswa untuk keluar area sekolah pada jam di luar sekolah dan latihan.
o Membawa siswa yang sakit ke poliklinik
Guru
o Mengatur jadwal piket, dan membagi tugas antara piket kelas (untuk memastikan bahwa pembelajaran berlangsung dengan baik), piket ketertiban (dimulai jam 07.00 pagi di asrama, untuk memastikan bahwa siswa berlaku tertib sesuai ketentuan).
o Para guru piket membuat laporan harian dan menyerahkan kepada wakasek kesiswaan.
o Wakasek kesiswaan memproses tindakan untuk siswa yang melakukan pelanggaran.
o Wakasek kesiswaan berkoordinasi dengan BK, perihal siswa-siswa yang cenderung melakukan pelanggaran untuk dibina.
o Guru BK ikut mendampingi guru piket ketertiban, untuk mendapatkan data perilaku siswa melalui pengamatan langsung.
o Wakasek berkoordinasi dengan Kasek untuk memanggil orang tua siswa yang melakukan pelanggaran berat.
o Kasek dan BK menemui orang tua siswa untuk menyelesaikan kasus siswa.
o Guru kelas memberikan laporan kepada BK, perihal siswa yang cenderung tidak tertib, cenderung putus harapan, cenderung tidak sehat, untuk dilakukan pembinaan.
Pelatih
o Memimbing siswa (sebagai atlet) untuk berdisiplin dan tertib.
o Berkoordinasi dengan BK dan wkasek kesiswaan bila ada siswa bermasalah.
o Memberikan rekomendasi/ijin siswa untuk tidak sekolah atau berobat karena cedera dan meyampaikannya ke guru
Rabu, 29 Februari 2012
Kamis, 19 Januari 2012
Kecerdasan Tantangan
Kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi kualitas intelegensinya (IQ) tapi dipengaruhi pula oleh kecerdasannya dalam mengatasi setiap tantangan. Suatu hari Rasulullah SAW berkumpul dengan para sahabat. Saat itu beliau bercerita tentang tiga orang yang hendak pergi ke masjid. Ketiganya datang agak terlambat dan harus merima kenyataan bahwa masjid telah penuh. Bagaimana reaksi ketiga orang tersebut? Orang yang pertama tanpa banyak basa-basi segera pulang, karena menganggap dirinya tidak kebagian tempat. Orang yang kedua segera masuk dan mendapatkan tempat duduk di barisan paling belakang. Sedang yang ketiga memaksakan diri untuk masuk dan terus maju, hingga ia berhasil mendapatkan tempat paling depan.
Lalu Rasul bersabda, "Yang pertama itu adalah orang yang putus asa, hingga ia tidak mendapatkan apa-apa. Yang kedua adalah tipe orang yang malu-malu, hingga ia hanya mendapat sedikit. Dan yang ketiga adalah tipe orang yang penuh harapan, bersemangat, pantang menyerah, hingga ia mendapat apa yang ia inginkan."
Kisah yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW ini terlihat biasa-biasa saja. Terlihat biasa karena kita sering melihat atau bahkan mengalaminya dalam keseharian. Padahal kisah ini mengandung makna yang dalam. Setidaknya ada dua hal penting yang ingin disampaikan Rasulullah SAW pada kita dari kisah di atas. Pertama adalah tantangan; dan kedua, sikap orang terhadap tantangan tersebut. Mari kita lihat. Penuhnya masjid adalah tantangan (masalah) bagi orang yang terlambat datang. Sikap terhadap tantangan ini bermacam-macam, ada yang menyerah; ada yang masuk untuk sekadar mendapatkan tempat duduk; dan ada pula yang masuk dan ngotot untuk mendapatkan shaf pertama. Orang ketiga ini boleh jadi seseorang yang sadar akan keutamaan shaf pertama. Dia layak disebut orang sukses; orang bersemangat, dan tidak gampang berputus asa saat dihadapkan pada kesulitan.
Tiga macam pendaki
Apa yang diungkapkan Rasulullah SAW ini ternyata mendapatkan pembenaran ilmiah. Adalah Paul G Stoltz, PhD yang "menemukan" teori ini. Dalam bukunya yang berjudul Adversity Quotient (AQ) (Grasindo, Jakarta: 2000), Paul Stoltz mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi kualitas intelegensinya (IQ) atau kualitas emosinya (EQ), tapi dipengaruhi pula oleh kecerdasan atau kemampuannya dalam mengatasi setiap tantangan.
Bila Rasul menganalogikan dengan orang masuk masjid, maka Stoltz menganalogikannya dengan perjalanan mendaki gunung. Menurutnya ada tiga tipe pendaki. Pertama adalah quitters yaitu mereka berhenti di tengah jalan dalam proses pendakian. Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan. Yang kedua adalah campers (pekemah) yaitu mereka yang tidak mencapai puncak, tetapi sudah puas dengan apa yang telah dicapai. "Ngapain capek-capek" atau "segini juga udah cukup" adalah moto para campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
Ketiga adalah climbers (pendaki sejati), yaitu mereka yang selalu optimistik, selalu melihat harapan, dan selalu menetapkan sasaran-sasaran baru dalam kehidupan. Mereka mampu menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan. "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan," demikian firman Allah dalam QS Alam Nasyrah (94) ayat 5-6.
Para climbers selalu berasumsi bahwa "sesuatu itu mungkin". Sehingga mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan walau sekecil apapun untuk maju. Semakin tinggi ia naik, maka semakin luas dan indah pula ia melihat pemandangan. Menurut Stoltz, semakin besar nilai AQ (adversity quotient) seseorang akan semakin cepat ia "pulih" dari keterpurukan, mampu mengatasi "kemalangan" yang dihadapinya, hingga akhirnya bisa fight lagi dalam menggapai cita-cita. Tangguh dan tabah adalah karakter sekaligus sikap dasar tipe climbers.
Ada banyak contoh orang dengan kualifikasi ini. Yang sangat legendaris adalah kisah Siti Hajar tatkala ia berlari-lari antara Shafa dan Marwah untuk mencari air. Ari Ginanjar Agustian dalam bukunya ESQ Power (Arga Jakarta: 2003) mengungkapkan bahwa Siti Hajar adalah seorang climber sejati, yang tentunya memiliki adversity quotient (AQ) yang sangat tinggi.
Sebagai sebuah pelajaran, Allah SWT mengabadikan perjuangan dan ketabahannya dalam Alquran, "Sesungguhnya antara Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Barangsiapa mengerjakan suatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah [2]: 158). Sa'i, berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah, adalah syiar yang melambang ketabahan, perjuangan, dan kekuatan mental.
Karakter kekasih Allah
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris-terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan, atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya.
Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan. Karena itu, Islam memerintahkan kita untuk menjadi orang ber-AQ tinggi; menjadi para pemburu shaf pertama dalam shalat; dan menjadi para climber yang tak gampang putus asa. "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir," demikian Allah SWT berfirman (QS Yusuf [12]: 87).
Lebih jauh lagi, Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa sikap optimis dan pantang menyerah termasuk salah satu ciri kekasih Allah. Ia mengatakan, "Para kekasih Allah itu jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir". Wallahu a'lam bish-shawab. (Ems)
Lalu Rasul bersabda, "Yang pertama itu adalah orang yang putus asa, hingga ia tidak mendapatkan apa-apa. Yang kedua adalah tipe orang yang malu-malu, hingga ia hanya mendapat sedikit. Dan yang ketiga adalah tipe orang yang penuh harapan, bersemangat, pantang menyerah, hingga ia mendapat apa yang ia inginkan."
Kisah yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW ini terlihat biasa-biasa saja. Terlihat biasa karena kita sering melihat atau bahkan mengalaminya dalam keseharian. Padahal kisah ini mengandung makna yang dalam. Setidaknya ada dua hal penting yang ingin disampaikan Rasulullah SAW pada kita dari kisah di atas. Pertama adalah tantangan; dan kedua, sikap orang terhadap tantangan tersebut. Mari kita lihat. Penuhnya masjid adalah tantangan (masalah) bagi orang yang terlambat datang. Sikap terhadap tantangan ini bermacam-macam, ada yang menyerah; ada yang masuk untuk sekadar mendapatkan tempat duduk; dan ada pula yang masuk dan ngotot untuk mendapatkan shaf pertama. Orang ketiga ini boleh jadi seseorang yang sadar akan keutamaan shaf pertama. Dia layak disebut orang sukses; orang bersemangat, dan tidak gampang berputus asa saat dihadapkan pada kesulitan.
Tiga macam pendaki
Apa yang diungkapkan Rasulullah SAW ini ternyata mendapatkan pembenaran ilmiah. Adalah Paul G Stoltz, PhD yang "menemukan" teori ini. Dalam bukunya yang berjudul Adversity Quotient (AQ) (Grasindo, Jakarta: 2000), Paul Stoltz mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi kualitas intelegensinya (IQ) atau kualitas emosinya (EQ), tapi dipengaruhi pula oleh kecerdasan atau kemampuannya dalam mengatasi setiap tantangan.
Bila Rasul menganalogikan dengan orang masuk masjid, maka Stoltz menganalogikannya dengan perjalanan mendaki gunung. Menurutnya ada tiga tipe pendaki. Pertama adalah quitters yaitu mereka berhenti di tengah jalan dalam proses pendakian. Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan. Yang kedua adalah campers (pekemah) yaitu mereka yang tidak mencapai puncak, tetapi sudah puas dengan apa yang telah dicapai. "Ngapain capek-capek" atau "segini juga udah cukup" adalah moto para campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
Ketiga adalah climbers (pendaki sejati), yaitu mereka yang selalu optimistik, selalu melihat harapan, dan selalu menetapkan sasaran-sasaran baru dalam kehidupan. Mereka mampu menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan. "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan," demikian firman Allah dalam QS Alam Nasyrah (94) ayat 5-6.
Para climbers selalu berasumsi bahwa "sesuatu itu mungkin". Sehingga mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan walau sekecil apapun untuk maju. Semakin tinggi ia naik, maka semakin luas dan indah pula ia melihat pemandangan. Menurut Stoltz, semakin besar nilai AQ (adversity quotient) seseorang akan semakin cepat ia "pulih" dari keterpurukan, mampu mengatasi "kemalangan" yang dihadapinya, hingga akhirnya bisa fight lagi dalam menggapai cita-cita. Tangguh dan tabah adalah karakter sekaligus sikap dasar tipe climbers.
Ada banyak contoh orang dengan kualifikasi ini. Yang sangat legendaris adalah kisah Siti Hajar tatkala ia berlari-lari antara Shafa dan Marwah untuk mencari air. Ari Ginanjar Agustian dalam bukunya ESQ Power (Arga Jakarta: 2003) mengungkapkan bahwa Siti Hajar adalah seorang climber sejati, yang tentunya memiliki adversity quotient (AQ) yang sangat tinggi.
Sebagai sebuah pelajaran, Allah SWT mengabadikan perjuangan dan ketabahannya dalam Alquran, "Sesungguhnya antara Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Barangsiapa mengerjakan suatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah [2]: 158). Sa'i, berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah, adalah syiar yang melambang ketabahan, perjuangan, dan kekuatan mental.
Karakter kekasih Allah
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris-terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan, atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya.
Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan. Karena itu, Islam memerintahkan kita untuk menjadi orang ber-AQ tinggi; menjadi para pemburu shaf pertama dalam shalat; dan menjadi para climber yang tak gampang putus asa. "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir," demikian Allah SWT berfirman (QS Yusuf [12]: 87).
Lebih jauh lagi, Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa sikap optimis dan pantang menyerah termasuk salah satu ciri kekasih Allah. Ia mengatakan, "Para kekasih Allah itu jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir". Wallahu a'lam bish-shawab. (Ems)
Selasa, 17 Januari 2012
Contoh Karya Tulis Untuk Kelas XI-IPA
TINJAUAN ILMU FISIKA : OLAHRAGA TENNIS LAPANGAN
Tennis lapangan adalah jenis olahraga permainan yang bisa dipertandingkan secara single (tunggal) atau double (ganda). Dalam bermain tennis memerlukan raket dan bola tennis yang dimainkan di atas lapangan tennis yang dibagi dua dengan dipisahkan net (jaring). Jenis olahraga ini tergolong sangat popular dan mendunia, yang selalu ada dalam setiap event pertandingan baik single event , seperti : Kejuaraan Dunia, Piala Davis, Piala Hopman, Grand Slam, ATP Tour, dan lain lain,maupun pada multievent, seperti : Olimpiade, Asian Games, Sea Games, PON, PORPROV, POPDA.
Bermain tennis mengandalkan kekuatan dan kelenturan tubuh serta kelincahan dan daya jelajah lapangan. Bermain tennis cukup sederhana yaitu dengan memukul bola kea rah lawan sampai melewati net, dan mengembalikan bola dari lawan baik secara langsung tanpa memantul (pukulan volley) maupun dengan menunggu bola memantul dari tanah. Untuk bisa bermain secara bagus, tentu saja membutuhkan latihan yang serius dan tekun. Selain itu perlu dipahami tinjuan ilmu fisika pada permainan tennis sehingga semakin mudah memahami teknik-teknik pukulan dalam permainan tennis. Setidak-tidaknya ada beberapa teori fisika yang berperan dalam mengembangkan tehnik bermain tennis, diantaranya : Usaha dan energy, dinamika, gerak rotasi, impuls dan momentum, dan elastisitas.
Bagaimanakah tinjauan permainan tennis menurut teori fisika?
Menurut teori dinamika, yaitu hokum newton, setiap percepatan memerlukan gaya, yang mana semakin besar percepatan yang diinginkan maka gaya yang dibutuhkan juga semakin besar.
ΣF=m.a
(F = gaya, m = massa, dan a = percepatan)
Dalam permainan tennis, karena harus menjelajah lapangan yang cukup luas, maka memerlukan kelincahan. Dalam teori fisika kelincahan adalah kemampuan merubah kecepatan secara dalam waktu yang singkat, dari cepat menjadi lambat maupun dari lambat menjadi lebih cepat. Semua ini memerlukan gaya, karena gaya sebanding dengan massa, maka bagi pemain yang massa tubuhnya kecil gayanya juga kecil, tetapi utuk pemain dengan massa tubuh yang besar sudah barang tentu memerlukan gaya yang besar pula.
Ketika seseorang bermain tenis, harus berlari-lari dengan membawa massa tubuh, berarti telah melakukan usaha, yang berarti orang tersebut mengeluarkan energy. Dalam teori fisika, besarnya usaha sebanding dengan besarnya gaya yang dikeluarkan dan perpindahan.
W=F.S
Dengan , W = usaha, F = gaya, dan S = jarak atau perpindahan
Atau,
W=1/2 m(v_2^2-v_1^2)
Dengan , v1 = kecepatan mula-mula, dan v2 = kecepatan akhir
Orang yang bermain tenis harus berlari cepat dan pada detik berikutnya harus berhenti dan berbalik arah dengan cepat, maka dalam hal ini besarnya usaha tersebut sebanding dengan perubahan kecepatan yang dilakukan. Oleh karena itu dalam bermain tennis harus diperhitungkan kekuatan gaya dan energy yang dimiliki, semakin besar kekuatan seseorang maka dia bisa mengalirkan energinya secara cepat. Sebaliknya semakin besar massa tubuh seseorang untuk melakukan kelincahan yang sama berarti membutuhkan kekuatan atau daya (power) yang lebih besar.
Unsur utama permainan tennis adalah memukul bola, namun tidak selalu pukulan dengan gaya yang besar menghasilkan laju bola yang kencang. Karena ketepatan saat bola membentur senar raket dengan gaya yang diberikan raket sangat berpengaruh. Dalam tinjauan ilmu fisika, besarnya impuls gaya sangat berpengaruh terhadap perubahan momentum, dalam hal ini perubahan momentum adalah perubahan kecepatan bola.
F.Δt=m.Δv
Dengan, F = gaya, Δt =selang waktu, dan Δv = perubahan kecepatan
Momentum bola saat menyentuh raket terjadi dalam waktu yang sangat singkat, dalam selang waktu sepersekian detik bola mendapatkan gaya. Gaya yang diberikan raket berasal dari ayunan tangan pemain yang besarnya maksimum pada saat tertentu. Disini pemain harus mampu mengantisipasi datangnya bola , sehingga benturan antara bola dengan raket yang terjadi sangat cepat itu tepat pada saat gaya maksimum dari raket. Gaya yang besar dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat itulah yang akan mengasilkan kelajuan bola yang besar.
Laju bola juga dipengaruhi oleh factor kelenturan atau elastisitas. Dalam hal ini adalah elstisitas senar raket dan elastisitas bola. Bayangkan jika, senar raket diganti dengan kawat jemuran, dan bolanya menggunakan bola kayu jati. Sekuat apapun tenaga pemain yang mengayunkan raket dan memukul tidak akan mendapatkan laju bola yang maksimal.
k=(F⁄A)/(Δl⁄l)
( k = konstanta elastisitas, F = gaya, A = penampang, Δl = perubahan panjang, dan l = panjang)
Dan,
Ep=1/2 k〖(Δx)〗^2
(Ep = energy potensial pegas, k = konstanta elastisitas, Δx = perubahan ukuran)
Benda elastic adalah benda yang jika diberikan gaya ukurannya berubah dan akan kembali ke ukuran semula jika gaya dihilangkan. Semakin besar gaya yang diberikan perubahan ukuran semakin besar, dan semakin besar perubahan ukuran tersebut berarti menyimpan energy potensial yang besar pula. Energi potensial ini yang sewaktu-waktu dikonversikan dalam bentuk energy kinetic berupa gerak.
Pada saat bola dipukul dengan raket, maka bola yang terbuat dari karet elastic akan sedikit memipih (gepeng), dan senar raket akan melar atau molor. Karena karet bola dan senar raket memiliki elastisitas, maka dalam kondisi gepeng atau melar ini, bola dan raket tersebut menyimpan energy potensial, dan energy potensial ini yang selanjutnya membantu mendorong bola bergerak dengan kecepatan tinggi. Tentu saja ukuran keelastisitasan bahan harus di sesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini kekuatan pukulan pemain.
Untuk mendapatkan teknik pukulan yang berkualitas tidak hanya mengandalkan kekuatan atau gaya, namun perlu inovasi agar bola bergerak dangan karakter tertentu. Dalam tennis dikenal beberapa jenis pukulan diantaranya pukulan flat (datar), dan pukulan spin (putar) baik topspin maupun underspin. Agar bisa menjadi pemain tennis yang handal tentu saja harus menguasi teknik-teknik pukulan tersebut.
Pukulan spin memberikan efek melengkung pada gerakan laju bola, sebagaimana bola spin pada permainan sepakbola. Arah lengkungan laju bola adalah searah dengan arah putaran bola tegak lurus sumbu putarnya. Misalnya, jika bola dipukul spin searah jarum jam, maka bola akan melengkung ke arah kanan. Lengkungan lintasan bola adalah merupakan efek Bernaoulli, dimana semakin besar kecepatan udara maka tekanan di tempat tersebut semakin kecil.
P_1-P_2=1/2 ρ(v_2^2-v_1^2 )
(P = tekanan , ρ = massa jenis, v = kecepatan)
Tekanan yang kecil mengundang materi atau benda lain untuk mengalir ke tempat tersebut. Pandang bola yang melaju ke depan dengan spin searah jarun jam mendatar, maka kecepatan relatif udara di sisi kanan bola lebih besar dibandingkan dengan kecepatan relative udara di sisi kiri. Akibatnya bola tekanan udara di sebelah kanan bola lebih kecil dibandingkan di sisi kiri bola, hal menyebabkan bola akan cenderung bergerak kea rah sisi kanan. Jadilah lintasan bola melengkung ke kanan.
Kesimpulan :
Agar bisa nermain tennis dengan baik, maka :
Memerlukan gaya dan energy, serta kemampuan daya yang besar.
Mampu mengantisipasi benturan antara bola dan raket untuk memperoleh perubahan momentum yang besar.
Dipengaruhi oleh kualitas bahan elastisitas bola dan senar, agar diperoleh laju bola yang cepat.
Melakukan pukulan spin agar mendapatkan efek Bernoulli (melengkung) pada laju bola.
Tennis lapangan adalah jenis olahraga permainan yang bisa dipertandingkan secara single (tunggal) atau double (ganda). Dalam bermain tennis memerlukan raket dan bola tennis yang dimainkan di atas lapangan tennis yang dibagi dua dengan dipisahkan net (jaring). Jenis olahraga ini tergolong sangat popular dan mendunia, yang selalu ada dalam setiap event pertandingan baik single event , seperti : Kejuaraan Dunia, Piala Davis, Piala Hopman, Grand Slam, ATP Tour, dan lain lain,maupun pada multievent, seperti : Olimpiade, Asian Games, Sea Games, PON, PORPROV, POPDA.
Bermain tennis mengandalkan kekuatan dan kelenturan tubuh serta kelincahan dan daya jelajah lapangan. Bermain tennis cukup sederhana yaitu dengan memukul bola kea rah lawan sampai melewati net, dan mengembalikan bola dari lawan baik secara langsung tanpa memantul (pukulan volley) maupun dengan menunggu bola memantul dari tanah. Untuk bisa bermain secara bagus, tentu saja membutuhkan latihan yang serius dan tekun. Selain itu perlu dipahami tinjuan ilmu fisika pada permainan tennis sehingga semakin mudah memahami teknik-teknik pukulan dalam permainan tennis. Setidak-tidaknya ada beberapa teori fisika yang berperan dalam mengembangkan tehnik bermain tennis, diantaranya : Usaha dan energy, dinamika, gerak rotasi, impuls dan momentum, dan elastisitas.
Bagaimanakah tinjauan permainan tennis menurut teori fisika?
Menurut teori dinamika, yaitu hokum newton, setiap percepatan memerlukan gaya, yang mana semakin besar percepatan yang diinginkan maka gaya yang dibutuhkan juga semakin besar.
ΣF=m.a
(F = gaya, m = massa, dan a = percepatan)
Dalam permainan tennis, karena harus menjelajah lapangan yang cukup luas, maka memerlukan kelincahan. Dalam teori fisika kelincahan adalah kemampuan merubah kecepatan secara dalam waktu yang singkat, dari cepat menjadi lambat maupun dari lambat menjadi lebih cepat. Semua ini memerlukan gaya, karena gaya sebanding dengan massa, maka bagi pemain yang massa tubuhnya kecil gayanya juga kecil, tetapi utuk pemain dengan massa tubuh yang besar sudah barang tentu memerlukan gaya yang besar pula.
Ketika seseorang bermain tenis, harus berlari-lari dengan membawa massa tubuh, berarti telah melakukan usaha, yang berarti orang tersebut mengeluarkan energy. Dalam teori fisika, besarnya usaha sebanding dengan besarnya gaya yang dikeluarkan dan perpindahan.
W=F.S
Dengan , W = usaha, F = gaya, dan S = jarak atau perpindahan
Atau,
W=1/2 m(v_2^2-v_1^2)
Dengan , v1 = kecepatan mula-mula, dan v2 = kecepatan akhir
Orang yang bermain tenis harus berlari cepat dan pada detik berikutnya harus berhenti dan berbalik arah dengan cepat, maka dalam hal ini besarnya usaha tersebut sebanding dengan perubahan kecepatan yang dilakukan. Oleh karena itu dalam bermain tennis harus diperhitungkan kekuatan gaya dan energy yang dimiliki, semakin besar kekuatan seseorang maka dia bisa mengalirkan energinya secara cepat. Sebaliknya semakin besar massa tubuh seseorang untuk melakukan kelincahan yang sama berarti membutuhkan kekuatan atau daya (power) yang lebih besar.
Unsur utama permainan tennis adalah memukul bola, namun tidak selalu pukulan dengan gaya yang besar menghasilkan laju bola yang kencang. Karena ketepatan saat bola membentur senar raket dengan gaya yang diberikan raket sangat berpengaruh. Dalam tinjauan ilmu fisika, besarnya impuls gaya sangat berpengaruh terhadap perubahan momentum, dalam hal ini perubahan momentum adalah perubahan kecepatan bola.
F.Δt=m.Δv
Dengan, F = gaya, Δt =selang waktu, dan Δv = perubahan kecepatan
Momentum bola saat menyentuh raket terjadi dalam waktu yang sangat singkat, dalam selang waktu sepersekian detik bola mendapatkan gaya. Gaya yang diberikan raket berasal dari ayunan tangan pemain yang besarnya maksimum pada saat tertentu. Disini pemain harus mampu mengantisipasi datangnya bola , sehingga benturan antara bola dengan raket yang terjadi sangat cepat itu tepat pada saat gaya maksimum dari raket. Gaya yang besar dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat itulah yang akan mengasilkan kelajuan bola yang besar.
Laju bola juga dipengaruhi oleh factor kelenturan atau elastisitas. Dalam hal ini adalah elstisitas senar raket dan elastisitas bola. Bayangkan jika, senar raket diganti dengan kawat jemuran, dan bolanya menggunakan bola kayu jati. Sekuat apapun tenaga pemain yang mengayunkan raket dan memukul tidak akan mendapatkan laju bola yang maksimal.
k=(F⁄A)/(Δl⁄l)
( k = konstanta elastisitas, F = gaya, A = penampang, Δl = perubahan panjang, dan l = panjang)
Dan,
Ep=1/2 k〖(Δx)〗^2
(Ep = energy potensial pegas, k = konstanta elastisitas, Δx = perubahan ukuran)
Benda elastic adalah benda yang jika diberikan gaya ukurannya berubah dan akan kembali ke ukuran semula jika gaya dihilangkan. Semakin besar gaya yang diberikan perubahan ukuran semakin besar, dan semakin besar perubahan ukuran tersebut berarti menyimpan energy potensial yang besar pula. Energi potensial ini yang sewaktu-waktu dikonversikan dalam bentuk energy kinetic berupa gerak.
Pada saat bola dipukul dengan raket, maka bola yang terbuat dari karet elastic akan sedikit memipih (gepeng), dan senar raket akan melar atau molor. Karena karet bola dan senar raket memiliki elastisitas, maka dalam kondisi gepeng atau melar ini, bola dan raket tersebut menyimpan energy potensial, dan energy potensial ini yang selanjutnya membantu mendorong bola bergerak dengan kecepatan tinggi. Tentu saja ukuran keelastisitasan bahan harus di sesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini kekuatan pukulan pemain.
Untuk mendapatkan teknik pukulan yang berkualitas tidak hanya mengandalkan kekuatan atau gaya, namun perlu inovasi agar bola bergerak dangan karakter tertentu. Dalam tennis dikenal beberapa jenis pukulan diantaranya pukulan flat (datar), dan pukulan spin (putar) baik topspin maupun underspin. Agar bisa menjadi pemain tennis yang handal tentu saja harus menguasi teknik-teknik pukulan tersebut.
Pukulan spin memberikan efek melengkung pada gerakan laju bola, sebagaimana bola spin pada permainan sepakbola. Arah lengkungan laju bola adalah searah dengan arah putaran bola tegak lurus sumbu putarnya. Misalnya, jika bola dipukul spin searah jarum jam, maka bola akan melengkung ke arah kanan. Lengkungan lintasan bola adalah merupakan efek Bernaoulli, dimana semakin besar kecepatan udara maka tekanan di tempat tersebut semakin kecil.
P_1-P_2=1/2 ρ(v_2^2-v_1^2 )
(P = tekanan , ρ = massa jenis, v = kecepatan)
Tekanan yang kecil mengundang materi atau benda lain untuk mengalir ke tempat tersebut. Pandang bola yang melaju ke depan dengan spin searah jarun jam mendatar, maka kecepatan relatif udara di sisi kanan bola lebih besar dibandingkan dengan kecepatan relative udara di sisi kiri. Akibatnya bola tekanan udara di sebelah kanan bola lebih kecil dibandingkan di sisi kiri bola, hal menyebabkan bola akan cenderung bergerak kea rah sisi kanan. Jadilah lintasan bola melengkung ke kanan.
Kesimpulan :
Agar bisa nermain tennis dengan baik, maka :
Memerlukan gaya dan energy, serta kemampuan daya yang besar.
Mampu mengantisipasi benturan antara bola dan raket untuk memperoleh perubahan momentum yang besar.
Dipengaruhi oleh kualitas bahan elastisitas bola dan senar, agar diperoleh laju bola yang cepat.
Melakukan pukulan spin agar mendapatkan efek Bernoulli (melengkung) pada laju bola.
Kamis, 22 Desember 2011
Tentang Sekolah Berasrama (Bording School)
Sesuai dengan undang-undang no 20 tahun 2003, bahwa pendidikan diselenggarakan dengan tujuan untuk membentuk manusia yang cerdas lahir bathin. Dengan kata lain membangun manusia seutuhnya, pengetahuannya baik, akhlaknya baik, dan juga terampil, sehingga menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan kepentingan dunia secara luas.
Untuk mencapai tujuan pendidikan berbagai cara dan strategi dilaksanakan oleh pengelola pendidikan, lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah. Menambah jam pelajaran, memberikan materi ekstrakurikuler, menambah program khusus, menawarkan fullday school, ataupun sekolah terpadu, dan bording school (sekolah berasrama).
Sekolah berasrama lebih populer untuk lingkungan khusus dengan tujuan yang khusus pula, seperti : sekolah milik perusahaan yang dikhusukan untuk karyawan, sekolah keagamaan (biarawati, frateran, dan pesantren), dan ekolah-sekolah khusus lainnya. Yang pasti sekolah berasrama selalu memiliki tujuan yang jelas dan tertentu, dengan tujuan membentuk siswa memiliki keahlian khusus tertentu yang tidak boleh ditawar-tawar. Sehingga sekolah berasrama selalu identik dengan pendidikan yang keras, disiplin, program kegiatan yang berat, yang semuanya adalah dalam rangka membentuk siswa ahli dalam hal tertentu sesuai tugasnya kelak di kemudian hari.
Kementerian Pendidikan Nasional telah mendeklarasikan dilaksankannya Program Pendidikan karakter untuk dilaksanakan di seluruh sekolah-sekolah di Indonesia.Hal ini dirasa perlu, karena terjadinya krisis multidimensional yang dari hari ke hari semakin parah. Disamping itu hasil pendidikan ternyata tidak seperti yang diharapkan, pendidikan hanya menekankan aspek intelektual saja, sehingga terjadi erosi budi pekerti, kesetiakawanan sosial yang rendah, berhasil secara intelektual tetapi gagal dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Membentuk karakter tidak bisa instan, pendidikan karakter itu berlangsung secara simultan dan konsisiten, dimulai dengan pemahaman yang benar, kemudian ditanamkan, ditumbuhkembangkan melalui pembiasaan, akhirnya jadilah karakter yang mantap.
Sekolah berasrama menjadi solusi yang tepat untuk membangun karakter anak. Dengan aktivitas yang terpantau selama 24 jam penuh, maka tahapan-tahapan pendidikan karatkter bisa dilakukan dengan lebih baik , kesempatan untuk melakukan pendekatan dan pemahaman serta menumbuhkan karakter dan kepribadian kepada anak sangat terbuka. Sehingga jika sekolah berasram yang tidak mampu membentuk karakter siswanya dengan ciri tertentu adalah suatu kerugian yang sangat besar. Pondok pesantren , sekolah biarawati/frateran, sekolah kedinasan adalah sekolah berasrama dengan karakter lulusannya begitu kuat.
Saat ini terdapat sekolah berasrama terbaik di Indonesia dan sangat populer di tanah air ini, SMA Taruna Nusantara. Tidak berlebian jika sekolah ini dianggap sebagai sekolah terbaik dengan proses pendidikan paling berhasil. Dari segi fisik dan properti tidak ada yang bisa menandingi, belum lagi pembiayaan, dan output dan outcome. Begitu hebatnya sekolah ini sehingga meskipun harus membayar 3 juta rupaih per bulanpun yang ingin menyekolahkan anak ke SMA Taruna Nusantara rebutan. Hal ini karena orang tua tidak akan ragu-ragu lagi terhadap anaknya terutama perihal perilaku, akhlak dan kematangan emosi. Inilah sekolah dengan pendidikan karakter yang berjalan begitu baik. Karakter yang menonjol dari siswa SMA Taruna NUsantara adalah : jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.
UPT SMANOR adalah satu-satunya sekolah khusus para atlet, satu-satunya sekolah khusus olahraga yang berasrama, tujuannya jelas, visi-misinya jelas, aktivitasnya jelas, ketrampilan yang akan diberikan kepada siswanya juga sangat jelas. Adalah sebuah kerugian besar jika sekolah ini gagal membentuk karakter siswanya menjadi anak yang tangguh, berwibawa, rendah hati, dan jujur. Semestinya bukan pekerjaan yang sulit untuk melaksanakan program pendidikan karakter di sekolah yang beberapa tahun terakhir terus melengkapi dengan sarana-prasarana yang hebat.
Hanya butuh kesungguhan, kepedulian dan saling pengertian dari segala unsur di sekolah ini sehingga lulusan sekolah ini menjadi anak dengan karakter yang mantap, bukan menjadi anak yang tanggung / kemampo (mateng ndak - bosok ndak). Dengan bertambahnya sarana, mudah-mudahan diiringi dengan bertambahnya perbaikan manajemen sehingga dikeluarakanlah kebijakan-kebijakan dengan orientasi kualitas pelaksanaan pendidikan dan latihan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan berbagai cara dan strategi dilaksanakan oleh pengelola pendidikan, lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah. Menambah jam pelajaran, memberikan materi ekstrakurikuler, menambah program khusus, menawarkan fullday school, ataupun sekolah terpadu, dan bording school (sekolah berasrama).
Sekolah berasrama lebih populer untuk lingkungan khusus dengan tujuan yang khusus pula, seperti : sekolah milik perusahaan yang dikhusukan untuk karyawan, sekolah keagamaan (biarawati, frateran, dan pesantren), dan ekolah-sekolah khusus lainnya. Yang pasti sekolah berasrama selalu memiliki tujuan yang jelas dan tertentu, dengan tujuan membentuk siswa memiliki keahlian khusus tertentu yang tidak boleh ditawar-tawar. Sehingga sekolah berasrama selalu identik dengan pendidikan yang keras, disiplin, program kegiatan yang berat, yang semuanya adalah dalam rangka membentuk siswa ahli dalam hal tertentu sesuai tugasnya kelak di kemudian hari.
Kementerian Pendidikan Nasional telah mendeklarasikan dilaksankannya Program Pendidikan karakter untuk dilaksanakan di seluruh sekolah-sekolah di Indonesia.Hal ini dirasa perlu, karena terjadinya krisis multidimensional yang dari hari ke hari semakin parah. Disamping itu hasil pendidikan ternyata tidak seperti yang diharapkan, pendidikan hanya menekankan aspek intelektual saja, sehingga terjadi erosi budi pekerti, kesetiakawanan sosial yang rendah, berhasil secara intelektual tetapi gagal dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Membentuk karakter tidak bisa instan, pendidikan karakter itu berlangsung secara simultan dan konsisiten, dimulai dengan pemahaman yang benar, kemudian ditanamkan, ditumbuhkembangkan melalui pembiasaan, akhirnya jadilah karakter yang mantap.
Sekolah berasrama menjadi solusi yang tepat untuk membangun karakter anak. Dengan aktivitas yang terpantau selama 24 jam penuh, maka tahapan-tahapan pendidikan karatkter bisa dilakukan dengan lebih baik , kesempatan untuk melakukan pendekatan dan pemahaman serta menumbuhkan karakter dan kepribadian kepada anak sangat terbuka. Sehingga jika sekolah berasram yang tidak mampu membentuk karakter siswanya dengan ciri tertentu adalah suatu kerugian yang sangat besar. Pondok pesantren , sekolah biarawati/frateran, sekolah kedinasan adalah sekolah berasrama dengan karakter lulusannya begitu kuat.
Saat ini terdapat sekolah berasrama terbaik di Indonesia dan sangat populer di tanah air ini, SMA Taruna Nusantara. Tidak berlebian jika sekolah ini dianggap sebagai sekolah terbaik dengan proses pendidikan paling berhasil. Dari segi fisik dan properti tidak ada yang bisa menandingi, belum lagi pembiayaan, dan output dan outcome. Begitu hebatnya sekolah ini sehingga meskipun harus membayar 3 juta rupaih per bulanpun yang ingin menyekolahkan anak ke SMA Taruna Nusantara rebutan. Hal ini karena orang tua tidak akan ragu-ragu lagi terhadap anaknya terutama perihal perilaku, akhlak dan kematangan emosi. Inilah sekolah dengan pendidikan karakter yang berjalan begitu baik. Karakter yang menonjol dari siswa SMA Taruna NUsantara adalah : jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.
UPT SMANOR adalah satu-satunya sekolah khusus para atlet, satu-satunya sekolah khusus olahraga yang berasrama, tujuannya jelas, visi-misinya jelas, aktivitasnya jelas, ketrampilan yang akan diberikan kepada siswanya juga sangat jelas. Adalah sebuah kerugian besar jika sekolah ini gagal membentuk karakter siswanya menjadi anak yang tangguh, berwibawa, rendah hati, dan jujur. Semestinya bukan pekerjaan yang sulit untuk melaksanakan program pendidikan karakter di sekolah yang beberapa tahun terakhir terus melengkapi dengan sarana-prasarana yang hebat.
Hanya butuh kesungguhan, kepedulian dan saling pengertian dari segala unsur di sekolah ini sehingga lulusan sekolah ini menjadi anak dengan karakter yang mantap, bukan menjadi anak yang tanggung / kemampo (mateng ndak - bosok ndak). Dengan bertambahnya sarana, mudah-mudahan diiringi dengan bertambahnya perbaikan manajemen sehingga dikeluarakanlah kebijakan-kebijakan dengan orientasi kualitas pelaksanaan pendidikan dan latihan.
Sabtu, 24 September 2011
Berbahagialah
Semua orang berhak bahagia, kapan saja ketika kebahagiaan itu datang. Ada sementara orang yang menunda-nunda rasa bahagianya, nanti saja kalau sudah lulus kuliah, atau nanti saja kalau sudah menikah, atau nanti saja kalau sudah mempunyai anak yang lucu-lucu. Bagaimana kalau yang ditungu-tunggu tidak kunjung terjadi, menunggu lulus kuliah ternyata tidak berhasil lulus, demikian juga menunggu menikah ternyata tidak kunjung mendapat pasangan hidup, atau sudah menikah tetapi tidak dikaruniai anak. Apa tidak berhak bahagia?.
Bahagia tidak identik dengan bersenang-senang, justru bahagia linier dengan bersyukur. Menerima dengan senang hati dan lapang dada segala keadaaan yang telah Tuhan karuniakan kepada kita, sekaligus mencintai segala pemberian Tuhan itu pangkal rasa syukur.
Berusahalah, kemudian bersyukurlah maka kita akan bahagia
Senin, 06 Juni 2011
Pendidikan Karakter
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, diantaranya :
1. Cinta Tuhan dan seluruh ciptaannya
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran /amanah dan diplomatis
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/kerjasama
6. Percaya diri, dan kerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik hati dan rendah hati
9. Toleranis, kedamaian dan kesatuan
Pemerintah Indonesia akan melaksanakan Pendidikan Karakter (Character Building) mulai tahun ajaran 2011/2012, dari jenjang SD sampai dengan Pergutuan Tinggi.
1. Cinta Tuhan dan seluruh ciptaannya
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran /amanah dan diplomatis
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/kerjasama
6. Percaya diri, dan kerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik hati dan rendah hati
9. Toleranis, kedamaian dan kesatuan
Pemerintah Indonesia akan melaksanakan Pendidikan Karakter (Character Building) mulai tahun ajaran 2011/2012, dari jenjang SD sampai dengan Pergutuan Tinggi.
Kamis, 02 Juni 2011
Komunitas
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, makhluk hidup yang hanya mampu bertahan jika hidup berklelompok. Oleh karena itu setiap orang cenderung membentuk kelompok, di kampung, di tempat kerja, di pedesaan, di pojokan, di parkiran, di mana saja orang senderung nyaman untuk berhimpun.
Seperti contoh foto di atas adalah foto sebagai anggota komunitas penyandang 'Hepatitis', ingat penyandang predikat hepatitis bukan penderita hepatitis. Karena hepatitis yang kami maksud adalah Hebatnya cuma pasa tanding tenis. Sebetulnya hanya istilah untuk guyonan saja, tetapi kadang juga ada benarnya, penggila tennis sudah seperti seperti orang sakit saja. Tiap pagi tennis, kadang baru selesai jam 11.00, bisa dibayangkan seperti apa panasnya, kalau tidak sakit gak mungkin dibelain, PEACE.
Langganan:
Postingan (Atom)