Kamis, 20 April 2017

SEMANGAT BER-KARTINI

Bulan april, bulan Kartini, bulannya para pejuang perempuan Indonesia. Kartini sebagi symbol perjuangan wanita di era yang menganggap perempuan sebagai pelengkap kehidupan kaum pria. Hingga saat ini kegigihan Kartini dalam berjuang meng-akualisasikan keberadaan kaum perempuan tetap menginspirasi para wanita jaman sekarang.


Kartini disimbolkan sebagai wanita pejuang yang berbudaya. Oleh karena itu sekedar mengingatkan apa yang telah diperjuangkan Raden Ajeng Kartini, para wanita (ibu2, para remaja, anak2) mengenakan busana tradisional jawa – kebaya. Bahkan sekarang meluas secara nasional dengan busana tradisional daerah masing-masing.


Termasuk hari ini (21 April 2017), mengikuti instruksi dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Sidoarjo, para guru dan seluruh karyawati di lingkungan sekolah mengenakan busana tradisional – kebaya. Peristiwa ini adalah pertama kalinya di SMANOR. Sebuah pemandangan yang membuat semua orang dan siswa “wouw” (excited), melihat ibu-ibu guru tampil berbeda menjadi semakin beriwibawa dan cantik-cantik.

Tentu saja hal itu menarik minat para siswa untuk mengajak foto bersama – dasar anak/orang sekarang sukanya selfie – dengan berbagai pose dan gaya. Para ibu-ibu yang sudah berdandan rapi tentu saja dengan senang hati mengiyakan ajakan anak-anak yang manja itu.  Maka pagi itu yang semestinya kegiatan pembelajaran untuk sesaat dikorbankan untuk memperingati hari Kartini – caranya Cuma foto-fotoan.


Namun sayang, dari sekian guru dan karyawati yang ada di SMANOR hanya ada empat ibu-ibu yang tampil berbusana Kartini. Antara lain : Bu Kutsiyah, Bu Niniek, Bu Utami, dan Bu Nia. Namun demikian hal itu tidak mengurangi kegembiraan dan kehebohan anak-anak dalam berfoto-ria dengan para Kartini Smanor
.


Kartini tetaplah Kartini, meskipun saat ini exixtensi wanita sudah bukan lagi pelengkap laki2 – seperti masanya Kartini – tetapi peringatan itu tetap actual untuk diadakan. Meskipun anak2 perempuan sekarang, meskipun siswa2 perempuan SMANOR kontribusinya sudah setara dengan kaum pria, peringatan hari Kartini (Kartini-an) tetap menarik untuk dilaksanakan. Setidaknya peringatan itu sebagai ungkapan terima kasih pada sang Raden Ajeng yang telah membuka cakrawala perempuan Indonesia sehingga saat ini semua wanita Indonesia telah menjadi pejuang perempuan di dunianya masing-masing


Harapannya perjuangan Kartini terus berlanjut bukan sekedar memperjuangkan hak perempuan, tetapi memperjuangkan martabat manusia seluruhnya dalam bingkai kemasyarakatan yang beradab, berbudaya dengan menjujung akhlakul karimah.


Demikian juga peringatan Kartinian ini tidak terbatas pada guru dan karyawati tetapi juga pada siswa dan semua elemen yang ada di smanor.

(patoyo.media.kom)



Minggu, 26 Juni 2016

Gaya Inti


Menurut teori fisika di dalam inti atom ada gaya yang mengikat partikel-partikel penyusun inti yang disebut gaya inti. Gaya ini bersifat sangat unik dan berbeda dengan gaya-gaya yang lain. Gaya inti merupakan gaya yang paling besar diantara gaya-gaya yang lain. Karakter yang unik dari gaya inti adalah gaya ini tidak tergantung secara linier ataupun eksponensial terhadap jark. Jika partikel penyusun inti adalah bermuatan listrik, logikanya (seperti teori coulomb) gaya inti akan berbanding kuadrat terhadap jarak, tetapi tidak demikian dengan gaya inti.

Memang besarnya gaya bergantung jarak tetapi sulit dijelaskan secara konsisten. Gaya inti akan semakin besar jika jaraknya mengecil, tetapi semakin kecil jarak hingga sangat dekat, gaya menjadi melemah dan akan berbalik menjadi saling tolak menolak. Partikel akan saling tertolak dengan gaya sangat besar pada jarak yang sangat dekat, semakin jauh gaya tolak mengecil dan semakin kecil hingga pada jarak tertentu berubah menjadi gaya tarik, begitu seterusnya.
Pernahkan anda mengalami hal demikian dalam hidup dengan orang tertentu?
Ketika berdekatan cenderung "congkrah" atau bertengkar, selalu tidak sepakat dan berbeda pendapat. Setiap hari bertemu tidak menjadi hangat dekat dan akrab, tetapi semakin 'hangat' kebablasan menjadi panas dan akhirnya salah paham. Akibatnya menjauh. Ketika berjauhanpun tidak menjadikan dirinya tenang, yang terjadi malah 'kelimpungan' ingin bertemu, kangen. Semakin lama, semakin jauh keinginan atau gaya untuk saling mendekat semakin besar.
Persis karakter gaya yang ada pada inti atom.
Jika anda mengalami yang demikian tidak perlu gusar, itulah inti. Inti atom, yang mungkin juga inti dari kehidupan, inti dari sebuah cinta. Tidak pernah ada inti atom hancur karena gaya inti yang bekerja pada dirinya sendiri, sebaliknya meskipun gayanya fluktuatif tetap saja menyatu dalam inti. Demikian halnya dengan di kehidupan kita, jika mengalami pasang surut seperti di atas berarti hubungan anda adalah hubungan yang sejati, hubungan yang semestinya, cinta sejati (begitu ata Ainun - Habibie)
Selamat berpuasa

Jumat, 26 Februari 2016

Hukum Kekekalan Energi

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi di alam ini tetap atau konstan, tidak berkurang ataupun bertambah. Yang terjadi hanyalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Bunyi berubah menjadi panas, atau listrik berubah menjadi bunyi kemudian menjadi panas, atau panas menjadi mekanik kemudian menjadi listrik dan panas, dan lain lainnya.

Kita sering salah dalam memandang dan menilai sebuah peristiwa. Lebih tepatnya manusia memiliki keterbatasan dalam melihat sebuah peristiwa. Dalam kehidupan ini ada sebuah nilai obyektif yang sifatnya mutlak tidak bertambah ataupun berkurang. Mirip dengan energi hanya dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Sedangkan manusia hanya berupaya mengambil keuntungan atau mengambil manfaat pada satu sisi atau satu bentuk saja. Kita sejak kecil terbiasa dengan pola pendidikan yang memberikan penilaian pada satu sisi - itu cocok untuk anak kecil - seiring perkembangan psikologis hal itu tidak ada upaya menyesuaikan. 

Sewaktu saya kecil, desa atau wilayah yang lebih utara dari tempat tinggal saya dianggap lebih buruk, lebih terbelakang, lebih tertinggal, karena semakin jauh dari pusat kota. Sebaliknya yang berada di tempat lebih dekat ke arah kota dianggapnya lebih baik, lebih maju, dan lebih bernilaiatau lebih bergengsi. Pandang sebuah tempat yang terletak antara Bandung dan Jakarta. Jika suatu tempat tersebut semakin jauh dari Bandung, bukankah tempat itu semakin dekat dengan Jakarta. Sebaliknya jika tempat itu semakin jauh dari Jakarta akan semakin dekat ke Bandung?. Secara geografis bumi itu bulat jika bergerak ke utara terus menerus munculnya akan ke selatan, demikian pula sebaliknya. Itulah pola pikir anak kecil, belum mampu memandang luas dan jauh.

Namun demikian, tidak sedikit orang yang masih terbawa pola pikir anak kecil yang melihat atau menilai sesuatu hanya dari satu sudut pandang yang sempit. Pola pikir yang hanya menilai dari apa yang nampak - secara lahiriah saja - pola pikir yang tanpa melihat latar belakang dan 'gandeng rentengnya' keadaan atau peristiwa. Orang yang berpenampilan rapi bersih harum, menggunakan mobil mewah nan mengkilap, dianggapnya lebih pantas di hormati, Orang yang terkenal, wajahnya rupawan, bicaranya meyakinkan dianggap lebih mulia, lebih berderajat, dan lebih bahagia hidupnya. Setiap kelebihan pada satu sisi akan mengakibatkan kekurangan pada sisi yang lain. Ada istilah, "ada harga yang harus dibayar pada setiap kesuksesan". Sehingga janganlah memandang sebuah kesuksesan hanya bentuk suksesnya saja. Janganlah memandang seorang juara dengan hanya melihat kehebetannya, hanya meng-irikan pada kekayaannya dan ketermashurannya, tetapi pandangnlah usahanya sejak lama, lihatlah sulitnya mengelola kekayaan yang ternyata tidak sederhana, lihatlah rumitnya hidup sebagai bintang (aris) terkenal,serta bagaimana me-manaj diri agar bisa hidup normal - layaknya manusia normal. Banyak contoh di negeri ini, bagaimana orang yang tidak mampu mengelola diri dengan baik karena ketermashurannya hingga akhirnya terpuruk.

Jadi, intinya jika hidup berjalan secara baik, maka tidak akan ada yang hilang dan tidak akan ada yang bertambah. Kelebihan pada satu sisi akan mengurangi pada sisi yang lain, sebaliknya jangan risau jika kehilangan atau kekurangan pada salah satu sisi, karena akan dilebihkan pada segi yang lain. Seperti hukum kekekalan energi di dalam pelajaran fisika, tidak ada energi yang hilang, hanya berubah bentuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Demikian halnya dengan keadaan seseorang, jika pada satu sisi terdapat kelebihan, maka sisi yang lain pasti ada kekurangan. Tugas sulit dan berat dalam hidup ini adalah mencari keseimbangan di antara dinamika kehidupan. Tidak ada energi yang satu lebih penting dari energi yang lain, tetapi keberadaan energi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan.



Selasa, 24 Maret 2015

Hukum Ketiga Newton

Hukum ketiga Newton menyatakan bahwa gaya aksi sama dengan reaksi. Gaya-gaya disebut sebagai pasangan aksi dan reaksi, ketika kedua gaya itu berlawanan arah dan berasal dari titik yang berbeda. Di sekolah menengah sering dicontohkan benda yang diletakkan di atas permukan lantai mendatar, maka berat benda secara otomatis akan menekan - memberikan gaya - pada lantai, sehingga ada gaya dari benda ke arah lantai. Maka sebagai reaksi, dari lantai akan ada gaya normal yang mengarah ke benda. Menurut Newton besarnya gaya aksi selalu sama dengan gaya reaksi, dan gaya reaksi muncul setelah ada aksi, dan besarnya selalu sama.
Tidak terasa, kita setiap hari, secara sengaja atau tidak sengaja selalu beraksi dan tentu aksi yang kita lakukan mengarah pada pihak tertentu yang direspon oleh pihak lain sebagai bentuk reaksi. Sesuai dengan hukum ketiga Newton, jika aksi kita kecil, samar-samar, tidak telalu mencolok, maka reaksi yang muncul juga tidak tampak secara jelas. Lain halnya jika kita beraksi dengan keras dan terang-terangan atau frontal, maka tentu reaksi yang muncul juga akan keras.

Tetapi kita adalah manusia yang memiliki kekuatan atau potensi non fisik seperti otak, pikiran, perasaan, nafsu, hati, atau ruh, atau apalah istilahnya, segala potensi non fisik yang akan mengendalikan segala tingkah laku manusia. Sehingga tidak semestinya manusia melulu seperti benda (mati) yang hanya bereaksi ketika ada aksi, yang hanya bertindak ketika ada perintah atau komando. Dengan potensi pikiran dan perasaan manusia harus lebih proaktif terhadap segala sesuatu, bukan menjadi reaktif. Tanpa sebabpun seharusnya manusia bertindak dan berlaku menurut pikiran dan perasaan, bisa membedakan mana yang baik dan tidak dan mana yang perlu dan tidak perlu.
Menurut Steven Coevy, dalam bukunya Seven Habit Highly efektif, salah satu habit atau kebiasan pertama yang harus ada pada seseorang agar menjadi manusia yang efektif adalah proaktif. Proaktif adalah bertindak sesuai prosedur, bertindak sesuai aturan, bertindak sesuai undang-undang, bertindak sesuai kitab suci pegangan hidup. Jika aturan sebagai pegawai kita harus datang jam tujuh, maka kita datang jam tujuh. Tidak perlu menunggu dipanggil atasan, tidak perlu terpengaruh teman2 yang suka terlambat. Sehingga muncul pikiran, "yang lain datang terlambat tidak apa-apa", yang seperti itu tidak perlu dihiraukan, jadilah pribadi yang efektif, jadilah proaktif. Tidak perlu menunggu atasan marah, tidak perlu diperingatkan, baru melakukan. Sayangnya terlalu banyak orang reaktif di sekeliling kita, sehingga segala sesuatu menjadi lambat dan sangat tidak efektif.

Sabtu, 07 Februari 2015

Jangan Gelisah


Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi - yang pernah saya dengar - yang isinya kira-kira, "Wahai anak adam mengapa kamu gelisah dan risau, padahal segala kebutuhanmu pasti aku cukupkan, dan mengapa kamu berfoya-foya dan bersuka cita secara berlebihan, padahal umurmu semakin berkurang". Ada dua urusan yang disorot dalam hadits qudsi tersebut, yaitu urusan rejeki dan urusan umur.
Aktivitas orang setiap hari adalah bekerja - baik di kanor maupun di lapangan / lahan - untuk mencari nafkah, jelasnya untuk makan. Karena setiap 2 atau 3 jam - yang kuat bisa sampai 6 jam - perut manusia mulai terasa perih, lapar, dan minta diisi. Oleh karena itu manusia berusaha memenuhinya dengan mencari makanan, atau membeli, atau membuat / memasak. Tetapi, perkembangan budaya membimbing manusia untuk tidak hanya mencari makanan untuk saat itu atau hari itu. Melainkan juga membuat persediaan untuk makan nanti malam, esok hari, bulan depan, tahun depan, nanti kalau sudah pensiun, bahkan untuk anak cucunya, dan untuk tujuh keturunan berikutnya dan seterusnya. Semacam tidak percaya bahwa anak cucunya kelak bisa memiliki rejeki sendiri, hal itu yang disorot hadis di atas.
Sehingga orang rela, melakukan berbagai upaya bahkan menghalalkan segala cara untuk menimbun dan mengumpulkan harta sebanyak mungkin, tidak peduli nabrak sana nabrak sini yang penting meraup dan meraup. Mungkin hal itu yang menghinggapi para pemegang otoritas di negeri yang korup, merasa gelisah dengan kebutuhan makannya hari ini besok minggu depan tahun depan, makan anak dan cucunya, sehingga perlu dipersiapkan sekarang dngan ditimbun ditumpuk-tumpuk. Ternyata hal itu tidak cukup membuat dirinya cukup nyaman dan tenteram, masih saja gelisah dan risau.
Seolah tidak percaya bahwa Allah akan mencukupinya, seperti ulat di bawah ini. Ulat ini sudah beberapa hari - setahu saya 3 hari - sendirian di pohon jeruk kecil yang tumbuh dengan sendirinya di depan teras rumah. Pohon - belum jadi pohon cuma cukulan - jeruk itu tingginya kira-kira 10 cm daunnya tidak sampai 10 lembar, tetapi rupanya cukup menghidupi seekor ulat berwarna hijau panjangnya kira2 2 cm. Setiap hari saya mengamatinya, dan setiap hari saya bertanya-tanya, 
"Siapa juga yang menaruh ulat di situ",
"Kenapa memilih di pohon kecil, padahal di atasnya ada pohon klengkeng yang lebih besar", pohon klengkeng yang belum lama saya tanam itu daunnya sama sekali tidak ada ulatnya.
"Apa cukup daunnya untuk kebutuhan makannya seumur hidup"
"Apakah nantinya akan disitu terus"
"Teman lainnya kemana, kok sendirian, memang sih lebih baik sendirian kan daunnya cuma sedikit".
Bagi yang percaya dengan hadits di atas, akan berkata, "ulat saja yang sekecil dan seremeh itu diberikan rejeki, disediakan makanan sesuai dengan kebutuhannya". Karena ia ulat jeruk - berwarna hijau kepalanya seperti berhelm - maka diberikan ia daun jeruk, tidak ditaruh di atas daun kelengkeng yang lebih banyak dan lebar. Kalau saya hitung dari bekas daun yang sudah dimakan kiar-kira sudah menghabiskan 4 helai daun jeruk, saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, bagaimana kalau daunnya akhirnya habis semua? Semoga selama dia nyaman disitu tidak ada yang mengganggu.

Minggu, 25 Januari 2015

Pantulan Keberhasilan

Orang bijak bilang , "hidup ini seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah". Itulah dinamika kehidupan, selalu ada dua hal yang selalu silih berganti, ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada sedih ada gembira, ada kesulitan ada kemudahan, dan ada kalanya seseorang berada puncak kesuksesan ada kalanya jatuh di titik nadir. 
Rasanya tidak ada orang bisa berhasil tanpa melalui kegagalan. Seperti Einstein katakan, semakin sering kita mencoba maka semakin sering mengalami kegagalan, sedikit mencoba maka jarang mengalami kegagalan, tidak pernah mencoba maka tidak pernah gagal, tetapi apa yang diperoleh?. Tidak mendapatkan apa-apa. Oleh karena itu, kesulitan, rintangan, kegagalan atau kejatuhan adalah sebuah keniscayaan yang semua orang akan mengalami. Keberhasilan atau kesuksesan seseorang bukan pada seberapa besar hasil yang dicapai, bukan pada seberapa banyak hasil yang diraih, tetapi seberapa banyak masalah atau kesulitan atau rintangan atau cobaan yang telah berhasil diatasi. Dan, keberhasilan adalah bukan hasil akhir, melainkan sebuah proses, artinya keberhasilan  adalah sesuatu yang berproses berkembangan dan terus berjalan. Oleh karena itu, Steven Covey mengatakan, keberhasilan seseorang tergantung dari keberhasilan dan aktivitas sehari-hari. Jika dari hari ke hari seseorang telah  melaksanakan tugas dengan baik, terus menerus dan langgeng sudah barang tentu dia berhasil dalam hidupnya.

George S.Patton mengatkan, "aku tidak melihat seberapa tinggi kamu berhasil memanjat, tetapi yang aku lihat adalah seberapa tinggi kamu mampu memantul ketika terjatuh". Apa yang dikatakan Patton adalah untuk menunjukkan bahwa setiap orang pasti akan mengalami kejatuhan, dan semua harus bersiap untuk jatuh, kemudian segera bangkit dan melupakannya dan mencari inovasi baru untuk kembali memanjat. Orang dikatakan berhasil jika seseorang tersebut mampu memanjat lebih tinggi lagi setelah kejatuhannya. Seperti pegas atau per, semakin ditekan maka akan memberikan pantulan yang semakin tinggi. dan, semakin ditarik maka akan memberikan gaya dorongan yang lebih keras.
Oleh karena itu perlu kita belajar dari pegas atau per, yang mampu memantul dan mulur atau molor. Pegas memiliki sifat elastis. 

Dalam fisika, benda elastis mempunyai pengertian benda yang mampu berubah bentuk dan ukurannya ketika mendapatkan gaya, dan mampu kembali ke ukuran dan bentuk semula ketika gaya tersebut dihilangkan. Karet pentil jika ditarik akan molor semakin panjnag, tetapi jika gaya dihilangkan karet pentil akan kembali ke ukuran semula. Ketika kita duduk di sofa yang empuk, sofa tersebut akan mampat dan ketika badan kita angkat maka sofa akan kembali ke bentuk semula. Itulah benda-benda elastis. Pegas atau per demikian halnya, mampu memnjang jika ditarik dan mampu memendek jika ditekan, dan akan kembali ke bentuk semula jika gaya tarikan atau tekanan dihilangkan.
Dalam keadaan normal pegas berada pada ukuran sebenarnya atau keseimbangan. Jika pegas ditarik atau ditekan menyimpang dari keadaan seimbang, maka pegas menyimpan energi potensial. dan energi potensial ini akan dilepaskan untuk mendorong pegas mencapai keadaan semual. Semakin besar pegas menyimpang dari titik seimbang, maka energi potensialnya semakin besar yang berarti menyimpan potensi energi untuk bergerak lebih cepat. Seseorang semestinya mamiliki energi potensial ketika sedang terjatuh, dan hal itu menjadi potensi tersendiri untuk kembali bangkit dan memantul setingi-tingginya. Sehingga tidak ada alasan bagi seseorang untuk jatuh dan langsung hancur, dan menjadi tidak berguna. Hal itu sama halnya dengan benda keramik atau gerabah atau kaca, yang tidak memiliki sifat elastis sedikitpun. Indah di luar tetapi mudah hancur dan tidak mampu menyimpan potensi energi yang sewaktu-waktu dibutuhkan. Oleh karena itu mari belajar dari pegas atau per yang bersifat elastis, tahan banting, dan mampu bangkit dari berbagai macam tekanan 

Kamis, 15 Januari 2015

Hukum Thermodinamika Satu

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi itu kekal, tidak pernah habis. Energi hanya berubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Matahari dianggap sebagai sumber energi utama menghasilkan panas, yang menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat di sebagian tempat, sehingga tekanan udara berbeda antara belahan bumi yang satu dengan yang lain, maka terjadilah aliran udara. Dalam hal ini energi matahari telah bertransformasi menjadi bentuk energi gerak, yang menggerakan material gas di atmosfer bumi. Banyak peristiwa-peristiwa lain yang berkaitan dengan energi mudah yang dipahami sebagai peristiwa yang di sebabkan dan diawali oleh energi matahari.

 Pada kejadian yang lebih spesifik, misalnya bensin. Bensin sebagai salah satu bahan bakar pada kendaraan bermotor, mampu melakukan pembakaran di dalam mesin, sehingga menimbulkan energi gerak pada motor. Gerak yang ditimbulkan bisa ditransformasi menjadi bentuk lai, misalnya menjadi energi listrik melalui alat dinamo atau generator. Setelah menjadi listrik bisa diubah ke berbagai bentuk energi lain sesuai yang diinginkan manusia - karena saat ini teknologi yang sangat maju - seperti, gambar atau visual, suara, atau gelombang elektromagnetik yang bisa ditransformasikan ke bentuk lain yang lebih canggih.

Khusus pada sistem gas di dalam ruang tertutup juga terjadi dinamika perubahan energi sebagaimana pada material yang lain. Di dalam sistem gas, gas juga mampu menyerap ataupun melepas energi (kalor), gas mampu melakukan kerja, dan gas juga bisa menambah energi potensialnya (energi dalam). Menurut hukum Thermodinamika ke satu, setiap energi yang diserap oleh sistem gas akan berpengaruh pada energi dalam atau pada kerja yang dilakukan oleh gas. Pada hukum thermodinamika, membahas dua hal penting yaitu energi dan kerja. Kerja yang dilakukan oleh gas tergantung dari energi yang diserap atau digunakan, atau diberikan kerja agar timbul energi. Di antara energi dan kerja terdapat energi dalam sistem gas, yang berpengaruh pada tingkat efisiensi dari sistem yang bekerja.

Sebagian energi yang diserap oleh sistem gas akan digunakan gas untuk menambah energi dalam (potensial), dalam bentuk panas (suhu tinggi). Jika terlalu banyak energi yang digunakan untuk menambah energi dalam, maka kerja yang dilakukan kecil. Artinya mesin bekerja tidak efisien, banyak energi yang terbuang menjadi panas di dalam mesin. Mesin yang bekerja dengan efisiensi yang baik, tidak banyak menimbulkan panas yang terbuang, perubahan energi dalam yang terjadi kecil, sehingga kerja yang dilakukan besar. Dalam bahasa yang sederhana, terjadinya efek panas yang berlebihan pada mesin itu menimbulkan mesin bekerja tidak efisien. Hal itu bisa terjadi karena, perangkat atau elemen sistem / mesin yang tidak bekerja dengan baik. Untuk meningkatkan efisiensi sistem, maka harus diperbaiki terlebih dahulu perangkat atau elemen-elemen penyusun sistem tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dengan masalah efeisiensi dalam kegiatan atau aktivitas. Hukum thermodinamika telah mengajarkan, bahwa untuk meningkatkan efisiensi maka tidak boleh ada banyak energi yang hilang menjadi panas di dalam sistem. Ibarat sistem tuadalah tubuuh kita, maka setiap makanan - sebagai sumber energi - yang masuk ke dalam tubuh akan diolah oleh sistem tubuh menjadi bentuk energi. Ada beberapa orang yang memiliki efisiensi tubuh yang baik, setelah memakan makanan yang sesuai ia memiliki energi untuk berbagai aktivitas seharian. Sepanjang hari aktivitasnya tinggi, tidak tampak loyo, sehinga  produktivitasnya pun sangat bagus. Di satu sisi ada orang yang makannya banyak, hobinya makan, tetapi baru bekerja beberapa jam sudah mengantuk, baru menyelesaikan beberapa halaman laporan sudah minta istirahat. Jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh sama, tetapi kerja yang dihasilkan bisa berbeda, berarti penambahan energi dalam yang berbeda terjadi pada tubuh mereka. Orang dengan efisiensi tubuh yang bagus, tidak banyak energi dalam yang tertimbun di dalam tubuh, semaksimal mungkin energi yang diserap dikonversikan menjadi energi. Sebaliknya, orang dengan efisiensi tubuh yang rendah, energi yang tertimbun di dalam tubuh (dalam bentuk lemak) lebih besar, sehingga energi yang dikeluarkan sangat kecil. Tidak heran, jika orang dengan tubuh seperti ini, semakin hari semakin tambun dan semakin sulit untuk diajak kerja keras yang memerlukan banyak energi.

Sebagaimana di dalam tubuh seseorang atau di dalam sistem mesin, di dalam sebuah lembaga pun berlaku hukum kekekalan energi seperti yang digambarkan di dalam hukum thermodinamika. Di dalam lembaga yang berorientasi pada laba (profit oriented) entu tujuannya adalah menghasilkan laba yang sebesar-besarnya. Sedangkan pada lembaga yang berorientsi pada pelayanan publik, maka pelayanan sebaik-baiknya pada masyarakat menjadi tujuan utama. Dengan sejumlah energi (modal) diharapkan hasil yang semaksimal mungkin baik laba ataupun kualitas pelayanan. Jika laba atau kualitas pelayanan yang diharapkan tidak terwujud, sudah barang tentu sistem yang ada tidak bisa bekerja dengan baik. Terjadi banyak distorsi energi yang semestinya dikonversikan menjadi energi, tetapi justru menjadi panas di dalam sistem. Panas di dalam sistem akan semakin panas dan merusak seluruh elemen yang berarti kerusakan akan semakin kompleks dan parah. Sebagaimana sistem mesin, maka elemen atau onderdil yang sudah usang harus diganti atau diperbaiki. Hal itulah yang mungkin akan dilakukan oleh Menteri Perhubungan untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan kinerja di dalam tubuh Kementerian Perhubungan khususnya Perhubungan Udara. Sehingga diharapkan, menjadi lembaga yang profitable dengan tidak mengesampingkan kualitas pelayanandan tingkat keselamatan penumpang.