Kamis, 08 Oktober 2009

Adil dan Ikhsan

Rosulullah saw diturunkan ke bumi dengan misi menyempurnakan akhlak umat manusia. Kesempurnaan akhlak menjadi nilai yang tak tertandingi, dalam seruannya Allah berfirman (An-Nahl 90) : Inallaha ya’muruna bil adli wal ikhsan, wa itta idzil qurba wa yanha ‘anilfkhsa’I wal munkar wal bahgyi ya’i zhukum la’alakum tadzakarun. Berbuatlah adil dan kebaikan membantu kerabat dan jangan berbuat keji dan munkar dan jangan bermusuhan. Dia memberikan pengajaran agar kamu senantiasa mengambil pelajaran.
Allah memerintahkan kepada kita untuk berbuat adil dan berbuat kebajikan. Adil bersumber dari hokum sedangkan kebajikan bersumber dari akhlak mulia. Disini akhlak memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari adil, oleh karena itu belum cukup bila kita hanya berbuat adil melainkan harus dilanjutkan ikhsan.
Adil akan memberikan kepastian hokum, memberikan kejelasan kedudukan antara benar dan salah, halal dan haram, tetapi keadilan tersebut akan terasa indah bila diikuti dengan kebaikan-kebaikan. Contohnya : Imam masjid memakai celana jins dan berkaos, secara hokum boleh. Di sini baru dipenuhi aspek adil yang bersumber dari hokum. Tetapi secara akhlak belum tergolong mulia, akan lebih baik jika mencontoh apa yang dilakukan rasulullah.
Ketika Rasulullah berda’wah di Thaif , beliau dilempari batu hingga berdarah-darah mukanya giginya patah. Beliau merasa tugas yang diembannya begitu berat sehingga do’anya didengar oleh Allah, seketika diutuslah dua malaikat. Malaikat berkata :…ya rosul Allah mendengar semua caci maki mereka kapadamu, sekarang perintahkan kapadaku apakah harus kuledakkan saja gunung itu agar mereka terkubur di dalamnya. Jawab rasulullah … jangan, malah beliau berdo’a…ya Allah berilah petunjuk kepada hambaku sesungguhnya mereka itu kebanyakan tidak tahu.
Seandainya rasulullah mengiyakan apa yang dikatakan malaikat maka selesai. Tetapi karena keluhuran budi beliau malaikat tidak diperbolehkan melakukan itu. Beliau tahu betul seandainya memerintahkan kepada malaikat untuk menimpakan gunung kepada para ornag quraish itu adil sccara hokum syah. (ada ayat yang mengatakan….jika kamu disakiti maka balaslah dengan menyakiti yang setimpal, tetapi bila kalian berkenan memaafkan itu yang utama). Ada banyakcontoh lain yang bias kit aperbuat untuk melakukan kebaikan setelah syarat hukumnya dibenarkan.
Di bulan puasa kita perbanyak berbuat baik dengan tidak mengabaikan factor adil/benar, jangan sampai melakukan kebaikan tetapi justru syarat adilnya tidak dipenuhi. Oleh karena itu banyak belajar tentang Islam agar kita senantiasa tidak salah dalam mengambil sikap dan perilaku,dengan begitu. Tidak ada ruginya orang berbuat baik karena dalam surat Al-Isra’ 7 …In ahsantum ahsantum li anfusikum wa in asa’tum falaha. Sesungguhnya jika kamu berbuat baik maka kebaikan itu untuk kamu sendiri, sebaliknya jika kamu berbuat jahat itu juga kepada dirimu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar