Jumat, 13 Desember 2013

BELAJAR

Setiap hari, anak-anak di Indonesia di'pleter', diuber-uber, atau diperintah untuk terus belajar. Baik oleh bapak atau ibunya, atau oleh gurunya, atau oleh para pengasuh-pengasuhnya - biar pinter. Tidak salah, meskipun tidak benar seratus persen, karena yang diharapkan dari hasil belajar tersebut adalah pinter, sedangkan kata 'pinter' terlalu dikonotasikan dengan nilainya bagus. Kalau disuruh memilih mana yang mesti dipilih :
a) menjadi anak pinter
b) menjadi anak cerdas
c) menjadi anak hebat
d) menjadi anak baik

Belajar adalah proses, karena proses berarti membutuhkan waktu, membutuhkan prosedur, membutuhkan urutan dan memperhatikan perkembangan. Dan yang lebih penting lagi, hasil belajar tergantung bakat dan minat anak, hasil belajar tidak bisa dibanding-bandingkan satu anak dengan anak yang lain, hasil belajar jangan  'cuma' direpresentasikan dengan angka2 bisu di rapor, relakan hasil belajar seratus persen menjadi milik anak.
Jika menilik dari pengertian belajar, dimana belajar adalah proses perubahan perilaku anak dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari kesulitan menjadi kemudahan, maka belajar tidak boleh dibelokkan tujuannya ke arah yang berlawanan dari pengertian belajar. Misalnya, belajar menyebabkan anak stres, belajar menyebabkan anak tambah bingung, belajar menyebabkan anak kehilangan jati diri seorang anak. Pastikan anak tersebut setelah belajar menjadi bisa, menjadi tahu, menjadi senang, dan menjadi positip.

Jadikan proses belajar menyatu dengan kehidupan sehari-hari anak, kegiatan belajar terintegrasi secara rapi dengan setiap aktivitas anak. Jangan dijadikan belajar adalah sisi negatip dari kegiatan anak, sementara ada kegiatan lain yang lebih mengasikkan dan menyenangkan, maka belajar menjadi terdakwa dalam kehidupan seorang anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar