Selasa, 30 September 2014

Elastis : Stress - Strain - Stroke

Benda elstis atau lentur adalah benda yang jika dikenai gaya akan berubah bentuk dan atau ukurannya, ketika gaya tersebut dihilangkan, benda akan kembali kepada bentuk semula. Material dengan bahan dasar karet adalah salah satu contohnya. Karet jka ditarik akan molor panjang, dan begitu tarikannya dihilangkan kembali ke ukuran semula. Atau kursi empuk, sebelum kita duduki tebalnya 30 sentimeter, setelah badan kita hempaskan, ketebalannya tinggal 10 cm, tetapi begitu kita tinggalkan kursi mengembang kembali seperti semula. Itulah gambaran benda-benda elastis.

Dalam fisika, besaran yang menunjukkan keelastikan suatu bahan adalah stress (tegangan), strain (regangan) dan modulus (kekenyalan). Stress atau tegangan adalah besarnya beban per satuan luas yang diterima suatu benda. Setiap benda elastis yang mendapatkan stress akan mengalami strain atau regangan. Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang – akibat stress – dengan panjang asalnya (mula-mula). Semakin lentur benda, maka regangannya semakin tinggi, semakin mampu berubah bentuk dan kembali ke bentuk semula. Jika karet ditarik sampai jauh tanpa putus dan mampu kembali seperti semula.


Beban yang dialami seseorang dalam hidup menyebabkan seseorang – mau tidak mau – stress, tegang. Tetapi sebaiknya jadilah orang yang mampu berlapang dada (untuk memperluas permukaan bidang stress), dan yang lebih penting adalah jadilah elastis – jangan kaku. Stress sehari-hari tidak mungkin dihindari, tetapi bagaimana kita harus mampu mengelolanya dan memberdayakannya. Bagi orang yang mampu bersikap elastis, maka tatkal stress begitu kuat melanda, dia hanya perlu bertahan, meskipun hal itu menyebabkan jiwanya ‘pendeng’, tetapi tidak rusak sama sekali. Dan ketika segala persoalan telah berlalu, maka akan kembali lagi seperti sedia kala seperti tidak terjadi apa-apa. Ketika di kantor begitu banyak persoalan, maka diselesaikan, dikerjakan satu per satu hingga selesai. Tentu membuat badan lelah, pikiran terforsir, tenaga terkuras, tidak masalah ‘pendeng’ untuk sementara waktu. Begitu semua selesai, dan tiba waktunya pulang, sampai di rumah ‘normal kembali’ menyapa anak istri dengan baik, seperti tidak terjadi apa-apa.

Hal yang berbeda terjadi pada orang yang tidak mampu elastis jiwanya. Begitu banyak masalah di tempat kerja, pikiran terforsir, badan lelah, tegang, sekian banyak perkerjaan menyebabkan jiwanya ‘remuk’. Sepulang dari tempat kerja, bertemu dengan keluarganya, masih terbawa suasan tegang di kantor, jiwanya tidak mampu kembali ke bentuk semula. Maka ketika dipicu sedikit masalah di rumah yang terjadi adalah kemarahan hebat, jiwanya ‘pecah’ – stroke.
Itulah bedanya yang elastis dan yang tidak elastis, bedanya karet dengan keramik. Bahan karet jika terkena beban akan ‘pendeng’ tetapi dapat kembali ke bentuk asal, tidak rusak dan tidak pecah. Ada stress, maka strain. Tetapi bahan dari keramik atau kaca, mungkin lebih kuat, tetapi bila terkena beban yang melebihi batas, akan langsung rusak, pecah. Terkena stress , maka menjadi stroke

Sabtu, 27 September 2014

Mengapa Bias Sinar

Maksudnya adalah sinar cahaya atau berkas arah rambatan cahaya. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik, seihngga akan mengalami gejala-gejala seperti yang dialami oleh gelombang yang lain, termasuk pembiasan (difraksi)

Pembiasan adalah gejala berubahnya arah rambatan cahaya atau berbeloknya arah rambatan, karena melewati medium yang berbeda indeks biasnya. Misalnya, cahaya dari udara masuk ke dalam air, indeks bias yang berbeda antara air dan udara, menyebabkan arah rambatan cahaya berubah atau berbelok, sehingga pandangan mata kita sering tertipu oleh pemandangan yang ada di dalam air – akuarium atau kolam renang – nampaknya dangkal ternyata dalam, nampaknya di pinggir ternyata masih di tengah. Kilauan batu berlian, terjadinya efek fatamorgana di siang hari yang terik, juga merupakan gejala yang terjadi karena peristiwa pembiasan cahaya

Setiap orang memiliki pandangan, atau prinsip untuk menempuh dan menjalani hidup sendiri-sendiri. Akan dibawa kemana arah perjuangannya, akan dibawa seberapa cepat gerakannya, masing-masing orang berbeda. Karena memang setiap orang memiliki karakter, dan gaya yang tidak sama, tetapi setiap orang pasti akan bergerak kea rah tertentu. Dan, setiap orang akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda-beda kondisinya. Misalnya, dari desa ke kota, tentu kondisinya sangat berbeda jauh, atau dari profesi sebagai karyawan ke profesi menjadi pengusaha, atau bergerak dari bekerja sebagai artis berubah menjadi wakil rakyat. Setiap perubahan medan atau medium tempat berkiprah akan membawa dampak pada arah pergerakan. Seperti halnya peristiwa pembiasan cahaya, maka arah pergerakan seseorang yang menembus medium yang berbeda, sedikit banyak akan mempengaruhi – merubah – arah jalan hidupnya

Kamis, 25 September 2014

Tegangan atau Stress

Anak-anak remaja akrab dengan keluhan, "stres aku...". Sekarang lebih sering menggunakan istilah 'galau'. Semua ditujukan untuk menyatakan kondisi pikiran yang berat, banyak masalah yang menjadi beban pikiran yang tidak terpecahkan. Semua orang - normal - akan mengalami kondisi 'stres' atau tegang, ketika beraktivitas sehari-hari. Stres adalah gejala normal pada setiap orang, hal itu merupakan gejala psikologis biasa yang kadang muncul dan akan hilang dengan sendirinya, dengan berlalunya berbagai persoalan. 

Hal yang lebih penting adalah mengelola stres, bagaimana stres tidak membuat orang hilang kendali, tetapi justru bagaimana stres mendorong seseorang untuk bisa meningkatkan produktivitasnya. Orang yang mampu mengendalikan stres dan mentransformasikan menjadi bentuk energi lebih untuk berbuat yang lebih baik dan lebih bayak itulah yang dikenal sebagai manajemen stress. Pada era sekarang, banyak dicari atau dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kecerdasan emosinal bagus, yang mampu bekerja dalam kondisi stres tinggi.

Stress artinya tegang, orang yang mengeluh stress berarti sedang mendapat beban pikiran. Dalam fisika besarnya stress atau ketegangan didefinisikan sebagai besarnya gaya per satuan luas. Jika dituliskan dalam rumus P = F/A. Dengan F adalah gaya, A adalah luas penampang, P adalah besarnya tegangan. Dari rumus tersebut bisa diterjemahkan, jika F (gaya) atau tegangan besar menyebabkan tegangan semakin besar, dan jika F nya kecil maka tegangan P juga kecil. Berbeda dengan A (luas), berbanding terbalik dengan P (tegangan). Jika A nya besar maka tegangan P kecil, sebaliknya jika A nya kecil, maka tegangannya besar.


Dari rumus tersebut, menjadi jelas, bagaimana seharusnya mengelola stress, bagaimana mengurangi besarnya ketegangan dalam diri kita. Stress atau besarnya tegangan dapat dikurangi dengan cara : 1) mengurangi beban F, bisa berarti mengurangi beban tugas, pekerjaan, atau maslah lain. Yang kedua 2) dengan memperbesar A (luas penampang), yaitu jadilah orang yang berlapang dada, beberbesar hati, maka tegangan akan berkurang. Sebaliknya jika kita bersempit dada, hanya akan membuat tegangan (stress) semakin besar.

Usaha

Usaha adalah upaya atau ikhtiar, yaitu berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Agar usaha bisa berjalan maka membutuhkan energi, dalam pengertian umum energi bisa berupa modal - uang - juga bisa berupa tenaga dan perangakt atau perlengkapan.

Dalam ilmu fisika, usaha didefinisikan sebagai hasil kali titik (dot product) antara vektor gaya dan vektor perpindahan. Besarnya usaha tergantung dari besarnya gaya dan besarnya perpindahan, dengan syarat antara gaya dan perpindahan searah - membentuk sudutnya nol. Jika arah gaya tegak lurus perpindahan, maka usahanya nol. Sedangkan, jika arah gaya berlawanan dengan arah perpindahan maka usahanya negatif.

Setiap orang mempunyai tujuan, dan akan berusaha mencapai tujuan, oleh karena itu setiap orang akan selalu berjuang dengan berikhtiar melakukan usaha. Sesuai dengan konsep fisika, maka orang yang berusaha atau berjuang harus men-selaraskan antara aksi yang dilakukan dengan arah tujuannya. Jika arah tujuannya tidak sesuai dengan aksi yang dilakukan, maka usahanya tidak berarti, usahanya sia-sia, tidak bernilai. Misalnya, jika orang ingin menjadi kaya, kemudian dia berbuat dan bergaya hidup boros - sesuatu yang berlawanan - maka usaha yang dilakukan bernilai negatif, yang berarti akn merugi (cos 180 = -1). Demikian halnya jika, aksi yang dilakukan tidak searah - tegal lurus - maka usahanya akan benilai nol. Misalnya, seorang anak ingin prestasinya di sekolah baik, lulus dengan sangat memuaskan, tetapi aksi yang dilakukan hanya sibuk dengan organisasi politik. Maka hasilnya adalah usaha meraih prestasi nol, yang mugkin didapat adalah usaha menjadi tokoh politik.

Penting bagi kita untuk mendefinisikan tujuan hidup kita dengan jelas, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Kemudian selaraskan aksi yang kita lakukan dengan tujuan tersebut, jangan sampai arah yang kita ambil tidak searah dengan tujuan yang telah jelas didefinisikan. Ingat cosinus 0 = 1, itulah nilai maksimum dari cosinus, yang artinya antara tujuan dan arah perjuangan kita harus searah.

Selasa, 23 September 2014

Agar Seimbang Perhatikan Momentum Sudut

Albert Einstein pernah bilang, hidup seperti naik sepeda berjalanlah terus agar seimbang. Kita semua pasti pernah merasakan naik sepeda - nyetir sepeda - kalau pelan-pelan maka sepeda kita akan menjadi tidak seimbang dan jatuh. Seperti orang yang berlomba sepeda lambat, bergerak selambat mungkin tanpa jatuh. Dari situ terlihat, semakin lambat, maka keseimbangan semakin labil ,semakin mudah jatuh. Sebaliknya jika kecepatannya besar - melaju terus - maka sepeda akan lebih stabil dan tidak gampang jatuh.

Ikutilah saran Einstein - bukan tentang naik sepedanya - tetapi tentang keseimbangan dalam hidup. Bahwa orang hidup harus terus bergerak, terus berjalan, dan semakin jauh, jangan pernah berhenti jika tidak ingin jatuh. Hidup itu bergerak bersama waktu, dari waktu ke waktu ada berbagai hal yang perlu dilakukan dan ada berbagai masalah yang harus diselesaikan, berbagai keputusan yang segera diambil, agar semuanya tetap dan terus berjalan. Jika kita berhenti pada masalah tertentu dan tidak mau lagi untuk melanjutkan, maka tunggu saja kejatuhannya. 

Memang setiap orang akan bergerak, akan berkembang, dengan kecepatan yang berbeda-beda, ada yang cepat ada yang lambat. Kita tidak boleh membandingkan laju masing-masing dari kita, apakah kita lebih lambat dari teman kita atau lebih cepat. Karena yang penting adlah terus bergerak, sehingga tetap dalam keadaan stabil.


Rahasianya adalah momentum sudut. Setiap benda yang berputar atau berotasi, memiliki momentum sudut yang mempunyai arah tertentu, yaitu tegak lurus dengan bidang rotasi. Roda sepeda yang berputar dengan bidang putar vertikal, maka momentum sudut mendatar tegak lurus bida rotasi. Arah momentum sudut itu yang menjaga posisi roda sepeda tetap berdiri tegak. 


Contoh lain adalah pada gasing. Gasing yang diputar dengan putaran yang tinggi, menyebabkan arah momentum sudut menjaga tetap pada posisi berdiri. Semakin tinggi kecepatan gasing, maka momentum sudut semakin besar dan arah momentum sudut semakin stabil, sehingga gasing tidak jatuh. Begitu kecepatan gasing hilang, maka momentum sudutnya juga hilang dan tidak ada lagi yang menjaga gasing untuk tetap berdiri.

Senin, 22 September 2014

Keseimbangan untuk Menghasilkan Jarak Maksimum

Dalam jiwa setiap orang yang ingin menggapai sukses dalam hidup akan ditemui dua arah / dimensi perjuangan atau usaha untuk membangun pondasi kesuksesan dalam hidup. Pertama, memperbanyak amal, kegiatan, dan aktivitas, untuk meningkatkan produktivitsa, memperluas jaringan ataupun memperbesar brand image. Kedua, memperbesar intensitas ibadah, meningkatkan frekuensi dan kualitasnya, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.  Kedua hal itu adalah sesuatu yang normal dan umum yang dilakukan oleh seseorang.

Namun sering juga ditemui bentuk pemikiran yang menganggap terlalu dalam beribadah hanya akan mengurangi kesempatan atau peluang untuk meraih untugn yang lebih banyak. Memperbanyak ibadah akan mempersempit ruang gerak dan jaringan sehingga menghambat perkembangan usaha. Bukan mengesampingkan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi hal itu cukup dilakukan seperlunya, secukupnya, yang penting tidak secara nyata mengingkari keberadaan Tuhan. Sementara usaha membesarkan usaha, meningkatkan produksi, adalah yang paling utama.

Sebaliknya, ada yang menganggap usaha yang dilakukan manusia itu tidak apa apanya jika Tuhan tidak menghendaki. Oleh karena itu, bekerja, beraktivitas, mengembangkan usaha, itu cukup dilakukan seperlunya, yang utama adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, memohon keridhaanNya. Karena, jika Tuhan menghendaki kita berhasil, maka Tuhan akan tunjukkan jalan bagaimana agar kita berhasil. Jika dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan, ternyata masih belum berhasil, berarti Tuhan belum berkehendak.
Lantas bagaimana seharusnya?

Dua pemahaman seperti di atas sejak dahulu sudah ada, yang pertama mengandung unsur aliran qodariyah dan yang kedua mengarah pada aliran jabariyah. Aliran qodariyah memandang bahwa jika manusia menginginkan sesuatu, maka harus diperjuangkan. Berhasil apa tidaknya perjuangan sepenuhnya ada pada manusia itu, semakin ia berupaya keberhasilan dekat, sebaliknya semakin kecil upaya yang dilakukan maka keberhasilan jauh. Sepenuhnya apa kata manusianya. Sebaliknya, aliran jabariyah percaya sepenuhnya kepada takdir Tuhan, sepenuhnya apa kata Tuhan. Jika Tuhan menghendaki seseorang akan sukses, maka suksesla dia, dan jika Tuhan tidak berkehendak seseorang tidak berhasil, maka berusaha sebesar apapun tidak akan sukses. Manusia hanya perlu berdoa, memohon dan mendekatkan diri, dan menunggu apa yang akan ditakdirkan oleh Tuhan.

Kedua pemikiran tersebut sama-sama mempunyai dasar dan bisa diterima akal sehat - utamanya bagi orang yang ber-Tuhan. Berusaha adalah kewajiban manusia, sebagaimana banyak diceritakan dan diperintahkan kepada manusia untuk melakukan jihad atau berjuang atau maknanya berusaha keras dan bersungguh-sungguh. Sebaliknya, banyak juga dikatakan bahawa, Tuhan akan memberi kepada siapa yang dikehendaki dan tidak memberi kepada yang tidak dikehendaki. Bahwa Tuhan itu berkuasa mutlak itu adalah benar, dan manusia adalah diberi kemampuan berusaha itu hal yang semestinya. Dalam bahasa awam sering kita dengar, "manusia berusaha Tuhan yang menentukan", memang demikian adanya. Dalam ayat lain dalam kitab suci alqur'an dikatakan bahwa manusia tidak akan memperoleh selain yang diupayakan. Maka menyeimbangankan diantara keduanya adalah sesuatu yang bijaksana. Tidak mungkin manusia mengandlakan usahanya sendiri sementara kekuasaan Tuhan atas dirinya diabaikan, tidak benar jika manusia hanya menunggu apa yang akan terjadi pada dirinya, sementara Tuhan menganugerahi dengan kemampuan berbuat sesuatu.

Dalam ilmu fisika, untuk mencapai jarak lemparan maksimum atau terjauh - pada gerak parabola - maka sudut elevasi harus seimbang antara vertikal dan horisontal, yaitu 45 derajat. Dengan seimbang antara arah kecepatan awal pada sumbu-x dan pada arah sumbu-y, maka akan dicapai jarak terjauh. Oleh karena itu adalah penting untuk memandang keseimbangan antara vertikal dan horisontal. Menyeimbangkan antara kepentingan vertikal - kepada Tuhan - dengan kepentingan horizontal - dengan sesama manusia.

Sabtu, 20 September 2014

Ayo Ber-olahraga


Selamat pagi, mumpung masih pagi. Kalo pagi begini banyak orang berolahraga, "biar sehat", begitu katanya. 

Tetapi ada juga orang berolahraga, tapi lupa tujuannya, "lho kok bisa". Orang-orang yang sudah terbiasa olahraga, atau yang hobi banget olahraga tertentu cenderung melakukan itu sembarangan, baik cara maupun waktu. Contohnya, pada komunitas penggemar tennis atau bulutangkis, mereka mengajak temannya bermain tidak melihat waktu dan kepentingannya, "ayo cari keringat". Hanya untuk mengisi waktu dan mencari kesenangan. Kalo pak Tejo - mantan pelatih volley jatim - yang dengar, akan dijawab begini, "ayo ke rumah saya saja bantu2 ngangkati boto, di rumah sedang betulin rumah, dijamin 15 menit kemringet".

Sebetulnya tidak terlalu buruk jika bermainnya alakadarnya, karena daripada bengong tidak ada yang dikerjakan, dan orang jika butuh rekreasi. Tetapi yang perlu diingat, kalo sudah di lapangan orang cenderung lupa dengan rangsangan2 atau target, bahkan tidak jarang taruhan - meskipun cuma 1 botol pocari - yang dapat memacu adrenalin.

Ketika orang berolahrag dengan adrenali yang tinggi, seperti pada pertandingan resmi, banyak energi terkuras baik fisik apalagi psikis. Sehingga hal itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan saat yang tepat, kapan perlu dilakukan, berapa lama recoverynya, apa menu makannya, dan seterusnya. Hal itu yang dilakukan olahraga profesional.


Sedangkan orang awam biasanya sembarangan, asalkan berkeringat dianggapnya sehat. Berkeringatnya orang berolahraga - yang dilakukan dengan benar - dengan pekerja bangunan adalah berbeda. Apa bedanya?. Pekerja bangunan berkeringat karena banyak mengelurkan energi untuk mencapai tujuannya memindahkan batu bata. Sedangkan orang berolahraga, menggerakkn seluruh anggota tubuh supaya berkeringat sebanyak-banyaknya. Orang berolahraga akan berhenti pada durasi waktu tertentu - sesuai ukuran - setelah gerakan telah lengkap dilakukan.

Prof. Hiromi Sinya, mengatakan olahrga yang berlebihan mengakibatkan banyak radikal bebas dalam tubuh. Salah satunya adalah jika hal itu tidak dilakukan dengan tepat. Sudah waktunya berhenti, karena diejek teman akhirnya main lagi, akhirnya kelelahan berlebihan. Sebagai kompensasi dari permainan yang berat - karena lawannya kuat - habis main cari makanan yang enak2, terus rokokan, dan menjadi berlebihan.
Sekali lagi mumpung masih pagi, ayo olahraga biar sehat, "cari sehat bukan cari keringat". Selamat berolahraga bersama keluarga dan kawan.